Happy Reading~~
*****
Saga mengantarkan Khansa masuk ke dalam kelas. Laki-laki itu menemani Khansa sampai duduk di bangkunya.
Kelas MIPA 3 hari ini sangat hening karena semuanya sibuk mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan saat jam pelajaran selesai. Tapi, seketika menjadi heboh saat Khansa datang dengan mata sembab apalagi ditemani oleh Saga.
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan untuk Khansa dan menatap Khansa prihatin melihat penampilan wanita itu yang tidak seperti biasanya.
"Aku tinggal, nggak apa-apa?" tanya Saga sedikit membungkuk untuk menyamakan tinggi badannya dengan Khansa yang duduk.
Khansa mengangguk cepat. "Nggak apa-apa, Kak."
Tangan Saga langsung menyasar puncak kepala Khansa, menepuk-nepuknya pelan. "Nggak usah dipikirin lagi, ya?"
"Iya, Kak."
"Aku tinggal dulu, istrahat nanti mau aku jemput?"
"Nggak usah," tolak Khansa cepat. Khansa menoleh pada Azel yang sedari tadi menahan diri untuk tidak bertanya. "Nanti Khansa ke kantin bareng Azel," tambahnya.
Saga mengangguk mengerti. "Oke. Aku ke kelas, ya." Saga pamit.
Saga menegakkan tubuhnya lalu melirik badgename Azel. "Syahla, gue nitip Khansa, ya. Tolong jagain," pintanya tersenyum tipis lalu keluar kelas.
"ASLI? GUE LIHAT KAK SAGA SENYUMIN GUE, ANJIR. NGGAK SALAH LIHAT KAN GUE? AYDEN, LO JUGA LIHAT KAN KAK SAGA SENYUM?" Suara toa Azel seketika membahana di dalam kelas saat Saga sudah menghilang di balik pintu.
Ayden tidak mempedulikan Azel yang masih menjerit histeris karena mendapat senyum dari Saga. Ayden lebih memilih menghampiri Khansa dan menanyakan keadaan wanita itu.
"Khansa kenapa? Kok baru datang?" tanya Ayden lembut.
"Eh, iya. Baru inget gue juga mau nanya itu. Kok mata lo bengkak? Siapa yang berani buat sobat gue nangis?" tanya Azel penasaran.
Pertanyaan itu pun juga muncul dari teman-teman sekelas Khansa. Khansa menarik napas lebih dulu sebelum menjelaskan kejadian tadi di toilet.
Azel menggebrak meja tidak terima setelah Khansa selesai bercerita. "Anak anjing, beraninya main keroyokan. Mau gue balesin nggak, Sa?" tanya Azel marah.
Gadis itu memang tidak takut dengan kakak kelas apalagi kakak kelas yang suka menindas adik kelas dan berperilaku semena-mena.
"Heh sumbu pendek, bisa diam dulu, nggak," sebal Ayden karena suara Azel sangat besar dan mengganggu kesehatan telinga orang lain.
Azel berkacak pinggang. "Lo terima Khansa diperlakuin kayak gitu sama mereka? Gue nggak terima."
Khansa mengusap lengan atas Azel. "Azel tenang dulu, Khansa nggak apa-apa kok. Lagian Kak Lovi udah balesin mereka."
"Gila, Kak Lovi keren banget. Lima lawan satu tapi dia sat set sat set rontokin rambut geng nenek lampir. Kak Lovi tampangnya emang galak gitu sih gue lihat-lihat, Kak Salsa juga bar-bar. Cuma Kak Naila doang di geng mereka yang anggun," decak Azel kagum setelah mendengar aksi Lovi untuk membela Khansa. Gadis itu semangat bercerita panjang lebar dan malah melipir kemana-mana.
Khansa mengangguk menyetujui semua ucapan Azel. "Tapi, Kak Lovi nggak segalak itu kok. Khansa pernah lihat Kak Lovi dimarahin Kak Argel terus nangis kejer."
"Kak Argel kan emang terkenal pawangnya Kak Lovi." Azel menanggapi sambil menjentikkan jari.
Punya teman seperti Azel jangan takut ketinggalan gosip, karena dia tahu setiap ada gosip terhangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Future!
Romansa[Follow sebelum baca sabi kali, bestie] Cerita ini bisa dibaca saat gabut atau kamu lagi berpikir pengen nikah muda, xixixi. Gak percaya? Coba aja! [Sequel O COUPLE] ***** "Tau gak takdir yang paling gue syukuri selama hidup?" tanya Saga menatap tep...