HF 26| Berdamai Dengan Masa Lalu

4.3K 266 24
                                    

Klik bintang sebelum baca biar gak lupa, bestie.

Happy reading~~

*****

Jam kosong dan suasana bising kelas 12 IPS 2 memang tidak bisa dipisahkan. Semua siswa sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jones, Kenzo, Enu, Salsa dan Lovi sudah melakukan konser dadakan di depan kelas yang membuat sebagian siswa berperan sebagai penonton di kursinya masing-masing sambil berteriak saling sahut-sahutan.

Argel yang sudah lelah menegur Lovi akhirnya memilih bergabung ke belakang kelas bersama temannya yang lain untuk bermain game.

Argel duduk di depan Saga yang terlihat menyumpalkan kedua telinganya dengan earphone. Saga hanya duduk sambil bersandar di tembok dengan kedua lengan terlipat di dada. Biasanya laki-laki itu paling semangat jika menyangkut dengan game. Tapi, hari ini Saga terlihat sangat murung dan seperti memiliki banyak beban pikiran.

Saga memang anak yang malas berbicara ketika dirasa tidak penting, tapi diam Saga kali ini sangat berbeda dari biasanya.

Sejak memasuki kelas, laki-laki itu terlihat tidak memiliki gairah hidup sama sekali, tatapannya kosong dan menganggap semua orang yang berada di sekitarnya tidak ada.

Argel memilih tidak jadi bermain. Ia berpindah duduk di samping Saga, ikut menyandarkan punggungnya pada tembok.

"Ada masalah?" tanya Argel sambil menoleh ke arah Saga yang masih bergeming.

"Ga?" panggil Argel seraya menepuk bahu Saga.

Saga mengerjapkan mata kemudian menoleh pada Argel dengan tatapan bertanya.

"Lo dari tadi kayak mayat hidup tahu, nggak?" ujar Argel sambil sesekali melirik Lovi yang terlihat semakin semangat menggoyangkan tubuhnya di depan kelas.

"Hm." Saga hanya bergumam membalas ucapan Argel, terlalu malas menjelaskan keluh kesahnya kepada orang lain.

"Ada masalah kantor?" tanya Argel yang hanya mendapat gelengan singkat dari Saga.

"Khansa?" tebak Argel yang membuat Saga diam saja tapi justru membuat Argel paham.

Argel menghela napas, berbicara dengan Saga yang setiap hari seperti orang yang sedang sariawan itu memang harus banyak bersabar. "Lo nyakitin Khansa lagi?"

Saga menoleh pada Argel setelah mendengar pertanyaan itu. Argel hanya membalas dengan mengangkat sebelah alis bingung.

Saga menghela napas lelah kemudian membalikkan kepalanya seperti semula. "Lagi?" Saga terkekeh pelan namun suaranya menyiratkan makna yang dalam. "Gue emang sering nyakitin Khansa ya, Gel?" tanya Saga terdengar sedih.

Argel diam, pancingannya berhasil. Akhirnya Saga mau berbicara. Argel membiarkan Saga melanjutkan ucapannya.

"Gue boleh nggak sih kecewa sama Khansa?" Saga memejamkan mata, dadanya terasa terhimpit saat mengingat Khansa kembali menangis karena dirinya.

"Alasannya?" tanya Argel balik.

"Khansa ngira gue cuma pura-pura bahagia sama dia, Gel. Padahal gue beneran sayang sama Khansa. Gue beneran udah jatuh cinta sama Khansa. Gue beneran bahagia kalo ada Khansa di samping gue. Gue beneran udah jatuh sejatuh-jatuhnya sama Khansa. Nggak ngerti lagi gue kalo sampe kehilangan Khansa." Saga memijat keningnya pelan. Pikirannya berkecamuk bagai benang kusut.

"Cewek nggak mungkin berpikiran kayak gitu kalo nggak ada sebabnya, Ga," balas Argel.

Saga bergumam pelan sebelum menjawab. "Iya, gue salah. Kemarin nganterin Alin balik tapi gue udah izin Khansa, terus dia bilang terserah."

Hello, Future!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang