HF 28| Heart to Heart

4.9K 291 56
                                    

Note: dialognya agak panjang ya, jadi kalo mau mual silahkan aja. Muehehe.

Happy reading~~

*****

Khansa menggeliat kecil saat merasakan benda kenyal menempel pada sekitar wajahnya berkali-kali. Matanya perlahan terbuka dan menemukan Saga yang sedang tersenyum manis di depannya dengan jarak yang sangat dekat.

"Mesti dicium dulu baru bangun," ujar Saga sambil menatap Khansa gemas yang sedang mengucek kedua mata.

"Kak Saga masih pusing, nggak?" tanya Khansa kemudian menempelkan punggung tangannya di kening Saga.

Saga menggeleng lalu mengambil tangan Khansa untuk ia genggam, mengusap-usap punggung tangan wanita itu lembut.

"Aku udah sembuh, makasih ya udah rawat aku," ucap Saga tulus. "Tapi, lihat deh, Sa. Ini kayaknya merah," katanya menunjuk ujung bibirnya.

Khansa mendekat berniat mengecek apa yang ditunjuk laki-laki itu. Tapi serangan tiba-tiba, Saga dengan cepat mencium bibir wanita itu. Khansa tentu saja terkejut dan Saga tertawa puas setelah menjauhkan kepalanya.

"Morning kiss," katanya dengan senyum lebih lebar.

Siapa yang bisa menahan pesona seorang Sagala Kafeel dengan senyum lebarnya yang bikin diabetes dan bareface-nya yang sangat menggoda iman. Khansa tentu saja tidak akan kuat.

Khansa tersenyum dengan pipi merona, wanita itu menutup wajahnya dengan rambut agar Saga tidak melihatnya tersipu.

"Kan belum pagi," sahut Khansa.

Saga terkekeh kemudian merapikan rambut Khansa. "Jangan ditutup dong, kan aku mau lihat cantiknya," goda Saga. "Yaudah, nanti aku cium lagi kalo udah pagi," lanjutnya dan disusul suara rintihan kecil dari bibir laki-laki itu karena Khansa mencubit perutnya.

[run ada om-om. wkwkwk]

"IYA AMPUN, SA." Saga tertawa lepas seolah melupakan bahwa kemarin untuk bangun pun ia kesulitan.

"Kak Saga nyebelin," kesal Khansa malu.

"Kalo nggak mau aku cium jangan gemes-gemes, bisa?"

"Cium mulu deh, nggak bosen apa," kata Khansa kemudian mendudukkan dirinya, menghindari serangan Saga yang bisa saja tiba-tiba kembali menciumnya, dan sangat berpontensi membuat Khansa meleyot.

Saga masih enggan bangun, laki-laki itu melingkarkan kedua tangannya di pinggang Khansa. "Nggak. Aku menyampaikan perasaanku lewat itu, Sa," balas Saga. "Kamu nggak nyaman?"

Khansa terkekeh geli saat merasakan Saga menduselkan kepalanya di pinggang Khansa. "Love language Kak Saga physical touch ya?" tebaknya

"Iya," jawab Saga. "Kalo kamu apa?"

"Words of affirmation," balas Khansa.

"Wah pantes." Saga bangun ikut mendudukkan dirinya. "Kamu suka salting kalo aku bilang sayang," lanjutnya.

Saga kembali berbicara sebelum Khansa menanggapi ucapannya. "Sa, aku mau ngomong setelah shalat. Mau, nggak?" tawar Saga, kali ini dengan tatapan serius.

"Iya, boleh. Khansa juga mau cerita," balas Khansa.

Saga mengusap puncak kepala Khansa lembut. "Kita perbaiki semuanya ya, Sa?"

*****

Setelah melaksanakan kewajibannya, Saga duduk di balkon kamar masih mengenakan sarung sembari menunggu Khansa yang sedang membuat susu cokelat pesanan Saga.

Hello, Future!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang