Happy reading~~
*****Saga memarkirkan mobilnya di garasi rumah mertuanya. Ia sampai 15 menit kemudian, cowok itu benar-benar melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia bahkan masih sempat mampir dipinggir jalan membelikan Khansa pisang, mampir ke supermarket membelikan Khansa susu pisang dan mengantri tidak sabaran di toko donat.
Dengan kerepotan cowok itu menutup pintu mobil. Dua tangannya masing-masing memegang plastik pesanan Khansa. Ditangan kanan plastik berisi buah pisang beserta plastik dari supermarket sedangkan ditangan kiri memegang plastik yang berisi kotak donat.
Saga melangkahkan kaki lebar memasuki rumah.
"Assalamualaikum," salamnya sambil masuk ke dalam setelah ia menyimpan sepatunya di depan pintu.
"Waalaikumsalam," sahut seseorang dari dalam.
Wanita paruh baya yang berstatus sebagai mertuanya itu menyambut kedatangannya. "Saga baru pulang kantor, ya?" tanya Luna sambil menerima uluran tangan Saga untuk cium tangan.
"Iya, Ma." Saga menjawab sambil mengitari sekitar berharap menemukan keberadaan Khansa. "Khansa dimana, Ma?" tanya Saga.
"Di atas nak, dia rewel banget dari tadi padahal udah punya suami," kekeh Luna merasa lucu dengan tingkah anak gadisnya itu yang tidak berubah.
"Maaf ya, Ma. Aku gak nganterin Khansa pulang," sesal Saga yang justru membuat Luna mengusap bahunya.
"Nggak apa, Saga pasti bener-bener gak bisa tadi. Mama ngerti kok."
"Tapi harusnya aku nganterin dia pulang dulu," ujarnya merasa bersalah karena membuat anak gadis satu-satu di keluarga Bagaskara itu jadi lecet.
"Jangan ngomong gitu ah," kata Luna sambil mengibaskan tangan. Ia merasa kecelakaan yang menimpa putrinya bukan salah siapa-siapa. "Saga makan dulu yuk," ajaknya karena melihat wajah Saga yang terlihat kelelahan.
Saga tersenyum menanggapi. "Aku mau liat Khansa dulu, Ma. Dia nitip ini," ujarnya sambil memperlihatkan bawaannya.
Luna tersenyum lebar. "Saga perhatian banget sih," pujinya yang membuat Saga salah tingkah.
"Yaudah, kamu ke atas gih. Tapi nanti makan ya. Kasian kamu pasti belum makan apa-apa sejak pulang sekolah."
"Iya, Ma. Makasih. Aku naik dulu," pamitnya sopan.
Saga berjalan menaiki tangga dengan langkah lebar. Cowok itu tidak lagi menginjak undakan tangga satu persatu tapi langsung melangkahi sampai tiga undakan.
Saga mengetuk pintu kamar. "Sa?" panggilnya.
"Masuk aja, Kak," sahut Khansa dari dalam.
Pintu kamar terbuka membuat Saga bisa melihat jelas Khansa yang sedang selonjoran di atas kasur sambil meniup luka di lututnya bergantian.
Saga mendekat, menyimpan plastik yang ia bawa di atas nakas kemudian naik ke atas kasur.
"Kenapa bisa jatuh?" tanya Saga sambil mengecek luka di kedua lutut Khansa yang lumayan lebar. Cowok itu juga meraih kedua tangan Khansa.
"Kak! Perih," ringis Khansa saat Saga tidak sengaja menyentuh siku kirinya yang juga luka.
"Maaf, maaf," ucapnya ikut meringis. Kemudian dengan cepat mengusap pinggiran luka di siku Khansa.
"Jawab," kata Saga.
"Tiupin. Perih, Kak," pinta Khansa seperti anak kecil dan Saga hanya menuruti.
Khansa mengulum senyum kala Saga benar-benar meniup luka di sikunya. "Tadi kan saat pulang sekolah. Khansa mau pesan ojol aja. Tapi Ayden maksa buat nganterin balik. Terus Khansa gak tega nolak," ucap Khansa mulai bercerita sedangkan Saga mendengarkan sambil masih terus melakukan kegiatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Future!
Любовные романы[Follow sebelum baca sabi kali, bestie] Cerita ini bisa dibaca saat gabut atau kamu lagi berpikir pengen nikah muda, xixixi. Gak percaya? Coba aja! [Sequel O COUPLE] ***** "Tau gak takdir yang paling gue syukuri selama hidup?" tanya Saga menatap tep...