8. SECERCAH HARAPAN

396 205 740
                                    

|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
۰۪۫S۪۫۰۰۪۫T۪۫۰۰۪۫A۪۫۰۰۪۫R۪۫۰۰۪۫T۪۫۰






















×××

Aku membiarkan diriku berjalan di sampingnya, berjalan di samping pria dengan banyak luka di wajah nya, ada banyak hal yang ingin ku tanyakan tapi aku malah berakhir diam seribu bahasa.

Pikiran ku di penuhi oleh pria itu, pria yang rela berlari dari rumah nya menuju tempat kerja ku, pria yang rela tertabrak mobil kemudian badan nya terpental dan berguling kemudian bangkit kembali, ia melakukan semua itu demi aku.

Apa aku tidak salah?

Hujan masih lebat dan bahu kita saling menempel karena tak ingin terkena hujan, tangan panjang nya memegang payung dan berkali kali ia membenarkan posisinya agar bahuku tak basah akibat guyuran hujan.

"Ohiya kan saya bawa payung!" Monolog ku setelah ku sadari aku tengah menggenggam payung ku.

"Maaf, saya bawa payung sendiri-- kita jalan sendiri-sendiri aja yah" Ucapku, tapi pria itu menahan tangan ku yang hendak membuka payung miliku.

"Jangan, kita pake satu payung aja" Ucapnya yang membuat kerutan di dahiku terbentuk.

"Lo yakin bakal bisa jalan sendiri?" Tanya nya yang semakin tidak ku mengerti.

"Hari lo udah gua buat kacau, gua gamau liat lo semakin kacau karena trauma lo" Ucapnya yang membuatku terdiam.

Langkahku terhenti, kemudian aku melihat kebawah dimana rintikan hujan tengah beradu dengan aspal di bawah sepatuku, hujan masih sangat besar tapi aku tak menyadarinya.

Kemudian aku berjalan kedepan agar bisa melihat langit lebih jelas.

Benar, hujan masih besar tapi aku bisa melangkah sejauh ini tanpa rasa takut trauma ku akan hadir.

"Hei jangan hujan hujanan" Ucap pria itu sembari kembali memayungi ku.

Aku tak bisa berkata apa apa, aku hanya menatap wajah pria itu. Aku terlalu terkejut karena setelah sekian lama aku berhasil mengalahkan trauma ku ini, karena ia.

Kini aku bisa berjalan menerobos guyuran hujan dengan baik tanpa rasa takut, aku tidak perlu cemas ataupun khawatir karena takut trauma ku hadir, dan kini aku bisa melangkah dengan lancar tanpa gemetar.

Ini benar benar pertama kalinya bagiku.

Pria di hadapan ku ini hanya balas menatap ku, ia pun tersenyum tipis sembari merentangan salah satu tangan nya untuk merasakan setiap tetesan air hujan.

"Kenapa? Mau hujan hujanan?" Tanya nya, aku hanya kembali diam tak tahu harus menjawab apa.

Pria itu masih tersenyum kepadaku, tangan nya masih ia ulurkan untuk merasakan tetesan air hujan.

Tanpa basa basi, kemudian ia menurunkan payung yang memayungi kita, tangan nya mulai di rentangan kan seolah-olah tengah merasakan setiap tetesan demi tetesan air yang bersentuhan dengan tubuhnya.

[✔︎] Payung Kertas || 𝐖𝐚𝐭𝐚𝐧𝐚𝐛𝐞 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang