31. EFEMERAL

199 76 521
                                    

|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
۰۪۫S۪۫۰۰۪۫T۪۫۰۰۪۫A۪۫۰۰۪۫R۪۫۰۰۪۫T۪۫۰































×××

Langit sepenuhnya gelap, dan gulungan awan hitam mulai berkumpul layaknya sobekan kertas yang sengaja di satukan. Lalu seperkian detik setelahnya, kesunyian kembali tiba.

Terkadang, kehidupan terlihat begitu kontras. Tentang hidup yang kita alami jauh berbeda dengan orang lain, atauhkah tentang hal sepele yang terkadang membuat hati gembira bukan main, lalu ada masanya hal sepele itu bisa membuat hati terasa sesak bagaikan bernapas di dalam air.

Terkadang beberapa orang lupa, bahwa mereka bukan ikan. Mereka memiliki paru-paru tapi entah mengapa rasanya sering sesak seperti menghirup banyak air. Lantas pemikiran jenaka kadang datang dengan sendirinya, mengapa kita gak jadi ikan aja?

Dan terkadang, ada manusia yang menyesali takdirnya. Bukan karena ia tak memiliki jabatan dan apa yang di inginkannya, namun ia menyesali mengapa ia terlahir sebagai manusia di dalam bumi yang gelap dan kejam ini.

Mengapa tidak menjadi ikan yang bisa berenang di luasnya samudra, ataukah menjadi burung yang bebas mengepakan sayapnya ke seluruh penjuru dunia tanpa harus rumit membuat paspor.

Ada banyak pemikiran manusia yang terkadang benar-benar di luar naluri.

Jika dunia itu indah, tak mungkin ada orang yang berpikiran hal konyol bak anak paud seperti itu.

Namun....ini dunia, bukan surga.

Jangan berharap banyak hal, karena nantinya akan menghilang juga, jangan terlalu menuntut sesuatu karena nantinya akan lelah dan pergi juga. Hidup dengan seadanya tanpa memaksakan sesuatu, berdiri tegap dan jalani, ingat. Waktu terus berputar.

Seperti saat ini, Haruto mendapatkan hidayah besar dari sang Pencipta, hingga akhirnya ia berani untuk memutuskan perkara besar seperti ini.

"Pasti kaget yah?" tanya Haruto memecah keheningan, karena entah mengapa hamparan langit dan gulungan awan di atas sana sukses mengambil seluruh perhatian Leanna.

Lalu Leanna mengangguk kecil. "Sampe saya speechless."

Haruto tertawa kecil mendengarnya, lalu punggungnya bertemu dengan dinding yang dingin, ia bersandar di sana seraya kembali menonton aksi awan yang berubah-ubah bentuk. Seolah-olah sengaja memang ingin menghibur Haruto dan Leanna.

"Tapi gua gak maen-maen ko tenang aja, lagian agama Islam cukup familiar sih."

"Soalnya nyokap gua juga Islam," ucap Haruto lagi, lalu Leanna menghadap ke arah Haruto dengan ekspresi wajahnya yang menyiratkan penuh tanda tanya.

"Masa?" tanya Leanna terdengar cukup lucu, lalu Haruto tertawa kecil.

"Iya, bisa jadi salah satu penyebab perceraian orang tua gua karena mereka beda agama," ucap Haruto menjelaskan, di sisi lain Leanna mengangguk-anggukan kepalanya.

"Sebenernya gua gak bisa di bilang umat Kristen juga."

Leanna pun semakin mendekatkan duduknya dengan Haruto. "Maksudnya?" tanyanya.

[✔︎] Payung Kertas || 𝐖𝐚𝐭𝐚𝐧𝐚𝐛𝐞 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang