21. ANCA BUANA

238 96 486
                                    

|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
۰۪۫S۪۫۰۰۪۫T۪۫۰۰۪۫A۪۫۰۰۪۫R۪۫۰۰۪۫T۪۫۰











































×××

Semilir angin yang menyejukan, di padukan dengan teh manis yang hangat. Leanna tengah duduk di hadapan jendela sembari menatap langit biru di atas sana.

Ia sudah bersiap untuk pergi bekerja namun sisa beberapa menit lagi sebelum biasanya ia mulai pergi dari rumah, jadi ia memanfaatkannya untuk bersantai dan menatap langit biru.

Sejak di pertemukan dengan Haruto, Leanna mulai menyukai langit dan sering memandangnya. Langit itu indah tanpa cacat, bahkan tak ada siapapun yang bisa merusak atau bahkan mengotorinya, langit begitu tinggi dan indah, sama seperti mimpinya di kala dulu.

Ponsel Leanna berdering, lantas dengan semangat yang menggebu-gebu Leanna mengambil ponselnya. Kemudian senyumnya terukir indah ketika nama Haruto berada di layar ponselnya, Haruto tengah menelponnya.

"Assalamu'alaikum, Anna..."

Leanna yang hendak berbicara dengan semangat kini kembali terdiam, kemudian ia kembali mengecek ulang siapa yang ia hubungi. Leanna takut yang sebenarnya menelfon itu bukan Haruto melainkan orang lain.

"Ini bener nomor Haruto ko," monolognya, setelahnya ia kembali mendekatkan ponselnya ke dekat daun telinga.

"Wa'alaikumsallam?" Leanna berucap dengan nada ragu.

"Udah siap-siap kerja belum?" tanya Haruto di sebrang telfon sana.

"Udah ko, kamu lagi apa?" Leanna balik bertanya.

"Baru bangun tidur hahahaha, tapi bentar lagi paling beres-beres rumah. Ohiya, udah sarapan? Kalo belum entar gua anterin sarapan ke tempat kerja lo."

"Jangan tiduran terus nanti tulang kamu lunak, ohiya saya udah sarapan, kalo kamu? Pasti belum yah?" tanya Leanna dengan nada sedikit curiga.

Di sebrang telfon sana terdengar kekehan pelan yang keluar dari mulut Haruto. "Iya gak akan, kan nanti juga harus jemput pacar dong, harus ngawal biar selamat sampe rumah. By the way, kalo sarapan udah ko. Begitu bangun subuh gua langsung nyari sarapan, habis itu tidur lagi hahahaha."

Sudut bibir Leanna tertarik dengan sendirinya, suara tawa Haruto bagaikan candu yang tak pernah puas untuk di dengar. Karena Leanna selalu menginginkan lagi dan lagi untuk mendengarnya, jika Leanna boleh egois, ia ingin suara tawa itu hanya untuk Leanna saja.

"Iya terserah kamu deh, ohiya saya pergi dulu yah? Takut susah nyari angkot soalnya, nanti saya kabarin kalo udah sampe."

"Yah baru juga, tapi gak apa-apa deh. Yaudah hati-hati yah? Kalo ada yang malak tanya dulu, orang itu mau malak apa, soalnya kalo malak hati kan udah keduluan gua."

Leanna tertawa mendengar tutur kata Haruto, sedangkan di sisi lain Haruto tengah membulatkan kedua matanya karena untuk pertama kalinya ia mendengar Leanna tertawa ceria seperti ini.

[✔︎] Payung Kertas || 𝐖𝐚𝐭𝐚𝐧𝐚𝐛𝐞 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang