20. SENDU

254 95 516
                                    

|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
۰۪۫S۪۫۰۰۪۫T۪۫۰۰۪۫A۪۫۰۰۪۫R۪۫۰۰۪۫T۪۫۰



















×××

Suasana malam hari yang gelap dengan lampu kemuning yang menaungi, serta aroma kopi yang yang tercium khas dan nikmat, lalu tawaan beberapa pria terdengar  cukup jelas karena suasana di sini yang cukup sepi.

Haruto dan Leanna masih enggan untuk pergi, mereka masih singgah dengan suasana hati yang menghangat karena akhirnya bertemu satu sama lain. Paru-parunya terasa segar di kala udara malam masuk ketika hidungnya menghirup, pikiran mereka ikut tenang dan damai tidak seperti sebelumnya.

Leanna masih mengatupkan mulutnya, matanya menatap beberapa bintang di atas sana dengan tenang. Sedangkan Haruto sudah panas dingin, bukan karena udara, melainkan karena menunggu jawaban apa yang akan Leanna berikan kepadanya.

Di sisi lain Leanna menghela napas lelah, lalu ia memberanikan diri untuk melihat manik indah Haruto. "Saya gak mau berharap lebih."

Lantas Haruto kembali terdiam, ia kembali di sibukan dengan pikirannya, ia memang tak main-main dengan yang di ucapkannya, namun di sisi lain ia takut karena ucapannya itu bisa membuat Leanna kecewa suatu hari nanti.

"Mau lo berharap setinggi apapun ke gua, gua bakal berusaha buat jadi orang yang lo harapin."

"Bahkan dengan senang hati," lanjut Haruto lagi, setelahnya Leanna terdiam karena tengah di serang rasa gundah dan gelisah.

"Tapi kalo malah saya yang gak sesuai harapan kamu gimana?" tanya Leanna pada akhirnya.

Haruto menggeleng cepat menjawab ucapan Leanna. "Gak akan, gua suka lo apa adanya, seriusan deh."

Di tengah sinar rembulan yang cukup terang, Leanna tersenyum kecil ke arah Haruto. Bohong jika ia tidak senang mendengar ucapan Haruto, bohong juga jika ia bilang bahwa ia tak menyukai Haruto.

Bahkan baginya, rasa suka ia terhadap Haruto mungkin lebih besar daripada rasa suka Haruto kepadanya.

"Tapi saya beneran takut kecewa, saya takut di saat saya udah jatuh hati ke kamu--kamu pergi ninggalin saya."

Haruto tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Leanna, di sisi lain Leanna tengah jengah dan merubah posisi duduknya agar tidak menghadap Haruto.

"Gak akan Anna, gak ada satupun cewe yang narik hati gua selain lo. Mungkin gua keliatan kaya punya banyak cewe, nyatanya gua gak punya cewe satupun makanya deketin lo."

"Mungkin pertemuan kita emang singkat, tapi ketika kita udah ketemu kaya gini gua selalu ngerasa kita udah terhubung satu sama lain," ucap Haruto, lantas Leanna kembali melirik ke arah Haruto sembari memasang tampang kebingungan.

"Maksudnya?"

Haruto membenarkan posisi duduknya, tubuhnya menegap seolah akan menjelaskan hal yang begitu penting dengan panjang kali lebar.

"Gua ketemu lo di saat gua gak baik-baik aja, habis itu gak sengaja gua tau trauma lo, dan hal itu sering terjadi."

"Gua rasa kita saling terhubung buat ngehibur satu sama lain, buat saling nguatin, dan saling ngasih petuah buat jalanin hidup di kedepannya. Gua bisa terbuka dengan sendirinya kalo gua lagi sama lo, dan gua pikir lo juga gitu."

[✔︎] Payung Kertas || 𝐖𝐚𝐭𝐚𝐧𝐚𝐛𝐞 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang