18. HARSA GATA

199 97 468
                                    


|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
۰۪۫S۪۫۰۰۪۫T۪۫۰۰۪۫A۪۫۰۰۪۫R۪۫۰۰۪۫T۪۫۰

×××

Haruto berjalan menuju rumahnya dengan cepat, langkahnya begitu terburu-buru dan lebar. Dadanya naik turun entah karena terlalu lelah ataupun karena tengah menahan amarah. Pikirannya kosong, dalam hatinya ia hanya ingin segera sampai di rumah dan akan menanyai banyak pertanyaan kepada sang ibu.

Haruto sudah mulai terbiasa dengan takdirnya yang seperti ini, melewati kebahagiaan namun setelahnya bertemu dengan kemalangan, Haruto sudah terbiasa seakan-akan ia berteman baik dengan takdirnya yang seperti itu.

Sesak dalam dadanya selalu datang dan pergi dengan sendirinya, jadi Haruto tak begitu mengkhawatirkan keadaanya yang selalu kacau seperti ini. Karena seperti apa yang ia katakan, waktu itu pasti berlalu.

Baginya, harinya bagaikan musim hujan, begitu lembab basah dan di penuhi dengan air mata. Haruto tak bisa mengeluarkan buliran air matanya, dan ia kembali menahan segalanya dalam satu waktu.

Menahan amarah, menahan rasa sakit, dan menahan tangisnya.

Berakhir dengan dada sesak dan pikiran kacau, walaupun otaknya selalu menyuruh ia untuk menyerah. Namun Haruto bisa mengendalikan diri dan mendengarkan kata hatinya. Ia memilih untuk terus melangkah maju, walaupun ia tak bisa menjamin sampai kapan ia bisa bertahan.

Setelah kedua kakinya sampai berada di depan rumahnya, Haruto terhenti dari langkahnya dan menatap jengah mobil yang parkir di halaman rumahnya.

Mobil itu milih ayah Jaehyuk.

Haruto menghela napas jengah, setelahnya berjalan memasuki rumahnya itu walaupun segan.

Haruto membuka dan menutup pintu rumahnya dengan keras, lantas sang ibu dan kekasihnya itu melirik ke arah Haruto.

"Ada apasih?!" tanya ibu Haruto kesal.

Haruto berjalan cepat ke arah ibu dan kekasihnya itu yang tak lain adalah ayahnya Jaehyuk, matanya tak sengaja mendapati dua buku nikah yang tergeletak di atas meja, ada foto ibunya dan ayah Jaehyuk yang terpasang di sana.

"Sekarang gua ngerti kenapa Bu Jisoo ngelakuin tindakan percobaan bunuh diri."

Ibu Haruto dan ayah Jaehyuk terdiam lalu saling melempar tatap satu sama lain karena tak mengerti dengan apa yang Haruto katakan. "Maksud kamu?" tanya ibu Haruto.

"Budeg yah? Gua bilang Bu Jisoo nekat bunuh diri dan sekarang lagi kritis di rumah sakit, gara-gara kalian kan?"

"Lo nikah sama nyokap gua udah izin belum sama istri sah lo? Jangan bilang lo nikahin nyokap gua tanpa lepasin Bu Jisoo?!" tanya Haruto kepada Pak Jeong in yang tak lain adalah ayah Jaehyuk.

Pak Jeong in terlihat kesal melihat Haruto yang masih selalu kasar kepadanya, lalu ia pun berjalan ke arah Haruto. "Kamu gak akan ngerti permasalahan orang dewasa."

"Terus kenapa gua harus terseret masuk ke dalam masalah ini?" tanya Haruto dengan nada bicaranya yang begitu tajam dan dingin.

"Kalau ini masalah orang dewasa, kenapa gua harus Ikut-ikutan kena batunya? Kenapa gua harus ikut tersiksa gara-gara ulah kalian?!" 

[✔︎] Payung Kertas || 𝐖𝐚𝐭𝐚𝐧𝐚𝐛𝐞 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang