19. RENJANA

235 99 571
                                    


|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
۰۪۫S۪۫۰۰۪۫T۪۫۰۰۪۫A۪۫۰۰۪۫R۪۫۰۰۪۫T۪۫۰



















×××

Di tengah hamparan langit gelap yang hampa karena tanpa bintang, Haruto terduduk di salah satu warung kopi yang cukup sepi karena waktu telah menunjukan hampir tengah malam. Duduknya terlihat tak nyaman, bahunya menurun karena tak bersemangat serta sorot matanya yang begitu kosong.

Ia memilih duduk di salah satu kursi di luar, membiarkan tubuhnya di terpa angin malam berkali-kali, udara dingin itu sangat menyejukan hati dan pikiran-- pikir Haruto.

Pikirannya kembali sibuk, seolah-olah tak membiarkan Haruto tenang dan rileks. Ada begitu banyak hal yang mengusik pikiran Haruto, tentang bagaimana nasibnya kedepannya, tentang bagaimana ia di masa depan, dan tentang bagaimana ia harus terus bertahan di tengah masalahnya yang rumit dan tak habis-habis.

Lantas pandangannya tertunduk perlahan, bahunya kembali melemas dan helaan napas selalu terdengar jelas.

Ia benci jika harus di situasinya yang seperti ini, namun tak ada cara lain selain menghadapi atau menyerah. Baginya hidup ini gelap dan menyesakan, karena terlalu banyak masalah yang singgah ketimbang kesenangan. Setelah di buat melayang akan kebahagiaan, beberapa saat setelahnya akan ada hal buruk yang terjadi.

Haruto sudah sangat hafal dengan jalan hidupnya yang terus seperti ini, bagaimana tidak. Masa-masa remajanya sedari dulu selalu di serang dengan kenyataan yang begitu pahit seperti ini.

Lamunannya terhenti saat ponselnya bergetar dan terdapat nama Anna di layar ponselnya.

Tanpa basa-basi Haruto mengangkat panggilan itu.

"Hmm kenapa Na?" tanya nya setelah tersambung dengan panggilan Leanna.

"Apakabar?" Leanna malah balik bertanya, Haruto terdiam beberapa detik sebelum akhirnya ia menjawab kabarnya baik.

Ada rasa rindu dalam diri Haruto karena tak bertemu Leanna berhari-hari, moodnya hancur setelah kejadian yang menimpa ibu Jaehyuk. Jadi Haruto tak bersemangat menjalani hari dan terus mengurung diri di kamar sembari mendoakan kesembuhan ibu Jaehyuk.

Sudah hampir 4 hari Haruto tak menemui Leanna, bahkan menghubungi Leanna pun tidak. Sempat ada perasaan takut dalam hati Leanna, ia takut tak akan pernah bertemu lagi dengan Haruto, ia takut pertemuannya terakhir kali menjadi pertemuan yang terakhir.

"Kalau lo apakabar? tanya Haruto lagi kepada Leanna.

" Kabar saya baik juga."

Setelahnya mereka kembali terdiam entah karena canggung ataukah karena tak tahu harus mengatakan apa.

Suasana malam hari yang dingin dan tenang ini adalah suasana yang Haruto sukai, bahkan hanya dengan diam seorang diri pun Haruto tak keberatan, tubuhnya bergidik beberapa kali karena angin malam yang dingin dan kencang, namun ia hanya merapatkan jaketnya tanpa singgah dari tempat ini.

Terdengar helaan napas di sebrang telfon sana, lantas Haruto terkekeh pelan mendengarnya. "Kenapa Anna?"

"Kamu lagi apa?" tanya Leanna di sebrang telfon sana.

[✔︎] Payung Kertas || 𝐖𝐚𝐭𝐚𝐧𝐚𝐛𝐞 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang