32. ADIKARA

179 71 499
                                    

|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
۰۪۫S۪۫۰۰۪۫T۪۫۰۰۪۫A۪۫۰۰۪۫R۪۫۰۰۪۫T۪۫۰




























×××


Sang warna kian berganti, yang kelabu kini berganti menjadi merah muda yang merona. Lalu Haruto mendatangi Leanna dengan membawa sebuah plester. Yang ia pasang dengan telaten jauh di dalam hati Leanna.

Kehampaan dan rasa sakit yang tadinya bersarang di dalam hati Leanna kini kian membaik, plester yang Haruto bawa seolah-olah bisa menambal hati Leanna yang terluka karena sayatan.

Lalu plester itu melekat kuat menutupi di setiap bagian yang luka, lantas Haruto mengisi bagian yang rumpang di dalam hati Leanna dengan kehadirannya.

Keduanya bersatu menjadi satu kesatuan yang teramat kuat, angin besar yang datang tak dapat membuat plester itu terbang karena Haruto yang memasang dirinya di depan seolah-olah tengah menjadi sebuah tameng.

Haruto berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan memastikan agar plester itu tak pernah lepas, jika bisa. Haruto akan mengerahkan seluruh tenaganya agar plester itu tidak rusak dan tidak lepas.

Lalu, ketika plester itu sudah usang dan harus di ganti. Haruto akan memastikan, agar ia memasang plester baru yang lebih baik lagi untuk Leanna.

Bagaikan siput yang membawa rumahnya kemanapun ia pergi, walau terkadang berat dan langkahnya terseok-seok namun ia tak pernah berpikir untuk melepas atau meninggalkan rumahnya walau hanya sejengkal.

Ia akan terus berkelana melewati gunung dan jurang yang terjal dengan langkahnya yang lamban dan terseok-seok. Seperti Haruto yang akan terus membawa dan melindungi Leanna kemanapun dan di manapun.

Namun terkadang langkahnya semakin lamban karena jurang yang di tempuh cukup beriku, namun seterjal jurang atau seberlikunya jalan Haruto janji tidak akan pernah melepaskan Leanna walau hanya sedetik.

Kedua insan dengan atma yang rapuh dan penuh bekas luka, lalu masalalu yang selalu menghantui mereka dengan membawa ingatan buruk yang terus terputar layaknya sebuah kaset bergenre horor yang terputar jelas di dalam ingatannya.

Kini keduanya menjadi satu kesatuan yang lebih kuat, seolah badai tak bisa menerjang, seolah petir tak bisa menyambar.

"Hujan lagi," ucap Leanna, lalu ia mulai memeluk dirinya sendiri karena angin yang menari ke sana ke mari terasa sangat dingin.

Lalu Haruto mengalihkan pandangannya ke arah Leanna, dan hampir saja ia membawa Leanna ke dalam pelukannya. Untung saja ia kembali teringat kini sekarang ia sudah berbeda.

Tak bisa menyentuh, terlebih memeluk dan mencium Leanna. Karena memang bukan muhrim.

Haruto mengerti itu sekarang.

"Masuk aja yu, kita nyeduh mie sama teh anget," ucap Haruto, namun Leanna terdiam dengan pandangannya yang terus melihat ke arah langit di depan sana.

Beberapa detik setelahnya, Leanna menggeleng pelan. "Haruto, kita hujan-hujanan yuk!"

Haruto terkejut bukan main, bahkan ia baru ingat kini Leanna bisa setenang ini ketika melihat hujan turun. Dan kalimat yang di ucapkan nya barusan seolah-olah sebuah kabar yang sangat baik bagi Haruto.

"Hmm? Serius?" tanya Haruto yang masih kebingungan, lalu Leanna mengangguk semangat seraya tersenyum lebar.

"Saya baru sadar, ternyata trauma saya udah hilang.... Haruto, saya gak takut hujan lagi," lalu rasanya di dalam hati Haruto menghangat, seolah-olah ada air yang hangat mengalir di sana.

[✔︎] Payung Kertas || 𝐖𝐚𝐭𝐚𝐧𝐚𝐛𝐞 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang