14. ATMA NESTAPA

323 142 808
                                    

|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
۰۪۫S۪۫۰۰۪۫T۪۫۰۰۪۫A۪۫۰۰۪۫R۪۫۰۰۪۫T۪۫۰

















×××

Langkah yang ku ambil, langkah yang ku tempuh. Kini memudar dengan sendirinya.

Aku tak tahu bahwa ini adalah hal baik ataukah tidak, yang jelas aku masih merasa ketakutan.

Dengan diriku yang mulia terbebas dari trauma, dengan diriku yang mulai bisa untuk membuka diri dan berteman, dengan diriku yang mulai bisa tersenyum dengan lebar. Rasanya akan ada badai yang datang menerpa diriku dan menggantikan semua kenangan indah menjadi buruk lagi.

Otaku yang selalu terus berpikir, dan hatiku yang begitu berisik. Aku hanya terus menjalankan keseharian ku seperti itu.

Aku hanya terus merasa tersapu arus kehidupanku yang hampa dan hancur, tak berani memulai perubahan jadi ku teruskan saja rasa hampa yang menggerogoti hidupku ini.

Aku tumbuh menjadi gadis malang dengan segudang masalalu yang kelam, bertemakan sedih dan air mata serta keputusasaan bagaikan kerabat dekat bagiku. Mereka tak bisa terpisahkan dari diriku, karena begitu melekat.

Aku tak ingin merasa kesakitan akan kekecewaan lagi, jadi akan ku tempuh jalan kesendirian yang hampa dan menyesakan ini.

Aku lelah dengan terus berharap agar aku bisa bersinar tapi malah berakhir meredup, aku lelah dengan segudang angan-anganku akan masa depan yang cerah tetapi malah kehidupan payah yang ku dapat.

Aku selalu berpikir aku berada jauh di antara banyaknya orang-orang, aku begitu tak terlihat bagaikan diriku yang terus memudar.

Haripun berlalu, musim berganti dan keadaan kini kian berubah, aku menyadari semua itu tapi rasa takut yang menyelimuti diriku masih saja ada.

Di hari indah yang ku lalui, aku terus merasa takut. Aku takut akan hari buruk yang datang setelahnya.

Aku benci dengan diriku yang terus berpikir seperti itu.

Walaupun hatiku sesak, dan dadaku sakit. Walaupun aku terus merasa putus asa dan ingin menyerah, percayalah. Aku terus melangkah maju agar hidupku bisa terus berlanjut.

Hatiku kini kian menghangat, karena di pertemukan dengan Haruto.

Pria dengan segudang kemisteriusannya, pria dengan segudang masalah namun terlihat begitu tangguh dan kuat, pria dengan pemikiran dewasa yang bisa memotivasi.

Aku begitu beruntung bisa di pertemukan dengan Haruto.

"Ibu, aku punya temen," Ucapku lirih sembari melihat foto ibuku yang biasanya sengaja ku simpan di dalam dompet.

"Ibu, Haruto anak baik kan?" Monolog ku lagi sembari mengelus foto ibuku yang sudah rusak.

Di kala seperti ini, di kala aku sulit, di kala aku senang, aku selalu meluangkan waktuku untuk terus mengingat ibu dengan cara seperti ini.

Mungkin ini terlihat aneh, tapi aku nyaman dengan seperti ini.

Aku takut seiring berjalannya waktu, ingatan ku akan ibu semakin memudar. Jadi aku akan terus seperti ini sampai kapanpun, aku akan terus mengajak bicara foto ibuku satu-satunya walaupun sudah begitu usang dan jelek, serta aku akan terus mendoakannya agar ibu mendapat istana di surga sana.

[✔︎] Payung Kertas || 𝐖𝐚𝐭𝐚𝐧𝐚𝐛𝐞 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang