33. BINAR BINASA

230 80 574
                                    

|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
×
|
|
|
|
۰۪۫S۪۫۰۰۪۫T۪۫۰۰۪۫A۪۫۰۰۪۫R۪۫۰۰۪۫T۪۫۰
















×××

Melambung jauh, layaknya gumpalan awan di atas sana. Terbang tinggi, layaknya sebuah burung. Lalu tejatuh ke dalam lautan emosi.

Terjatuh, tertampar, tertendang kehidupan yang seolah terus menyeret-nyeret ke arah jurang yang terjal, lalu teriakan dan umpatan mengisi bagian yang rumpang seolah hal itu wajib ada. Terkadang kita berteriak dan menangis hebat namun ternyata hanya menggema di udara.

Mereka menutup kedua telinga, dan hanya membuka satu mata, di mana satu mata lainnya seolah enggan untuk melihat kenyataan.

Berjalan tanpa arah, dada yang terasa sesak dan air mata yang terus mengalir seolah menjadi kerabat dekat yang tak terpisahkan.

Lantas mengapa terkadang ada penyesalan?

Setelah mereka yang menjadi kerabat dekat seolah menjadi separuh jiwa, mengapa terkadang menginginkan mereka untuk pergi? Mengapa tak menerimakan mereka dan terus bersama kemanapun?

Terkadang kita menginginkan untuk terlihat rapuh hanya karena berusaha untuk mencari perhatian seonggok manusia hina, namun karena mereka hina. Mereka menutup kedua mata dan telinga seolah tak mendengar dan melihat apapun.

Mereka terus berjalan menikmati hidupnya, tak peduli ada yang tengah di bawah mereka merangkak ataupun di hadapan mereka yang tengah bergelantungan karena tali kehidupan yang begitu keras.

Mereka yang merangkak terus menengadah berharap ada seorang manusia layaknya malaikat yang rela membantunya, lalu orang yang bergelantungan melambai-lambaikan kedua tangannya karena tengah meminta tolong agar ada yang membukakan tali jahat yang mengunci kuat kehidupannya.

Terkadang dunia terlihat tak kontras, terkadang dunia terlihat tak seimbang dan hanya memberatkan satu titik yang lainnya, seolah titik itu membuat kesalahan fatal dan tak di beri ampun sama sekali.

Berdiri di ujung jurang, lalu terjatuh dengan berat hati. Namun ketika tersadar, ternyata masih belum mati.

Hanya menyisakan luka goresan dan tusukan yang tak tertahankan, keduanya menjadi semakin kuat dan berkuasa seolah-olah tubuh ini milik mereka. Lalu mereka menggerogotinya tanpa ampun, hanya ada satu permintaan yang di inginkan si tubuh itu, ia hanya ingin semuanya berakhir dan mati.

Kehidupan itu sangat menyesakan, dan hanya ada dua pilihan yang harus kalian ambil.

Melewati atau menyerah.

Jika memilih melewati, jangan pernah menyesal dan berharap bisa lari ke belakang meninggalkan semuanya dengan penyesalan setengah mati.

Tapi jika memilih opsi kedua, jangan terlalu muluk. Cukup bunuh saja dirimu.

Namun itu adalah hal terbodoh yang sering beberapa manusia lakukan di bumi ini, seolah tak ada cahaya, seolah tak ada harapan, seolah tak ada siapapun, dan seolah mereka hanya berdiri sendiri di atas bumi ini.

Jika berhasil melewati rasanya kita seperti tengah menaiki anak tangga menuju langit, lalu mendapat imbalan yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Lantas jika memilih untuk berhenti dan menyerah, kita akan berakhir di bawah bumi, terinjak dan tak terlihat.

"Anna, mau pilih naik tangga ke langit, atau berdiri kokoh di atas bumi?"  tanya Haruto sembari memutar-mutar impulsif pulpen yang berada di tangan kanannya.

[✔︎] Payung Kertas || 𝐖𝐚𝐭𝐚𝐧𝐚𝐛𝐞 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang