21. Yuri Malam Itu

276 58 9
                                        

TW: mentioning of ghost



"Lo naksir Nyong?" tanya Vera kalem, menunduk di samping Yuri dengan tenang menyalakan keran.

Yuri yang masih bersandar di sisi depan wastafel sambil bersedekap jadi melirik ke arah kakak kelasnya itu tanpa minat. Sebenarnya agak kaget denger Vera manggil Hoshi pakai 'Nyong'.

"Bukannya udah jelas?"

Vera terkekeh mendengar nada datar itu, "iya. Lo naksir," katanya bergumam, lalu mendongak menatap bayangan wajahnya sendiri kaca. Cewek itu tersenyum miring, "gue juga naksir."

Yuri lantas mendelik. "Yaudah," katanya sambil mendengkus. Berarti Vera bener rivalnya.

Vera mengernyit, menoleh sepenuhnya ke arah Yuri. "Yaudah???" ulangnya, nggak percaya sama respon Yuri yang santai banget.

Gimana ya, dari awal liat, Vera tuh udah ngerasa Yuri itu tipe sassy girl. Kalo lagi tersenyum miring kayak tadi, Yuri auranya sangar banget.

Respon Yuri barusan beneran diluar ekspektasi Vera.

"Ya emang kenapa?" jawab Yuri malas. "Gue harus ngerespon apa, Kak? Yaudah kalo lo naksir Kak Nyongi, berarti kita rival," lanjut Yuri sengaja memanggil Hoshi dengan panggilan baru yang ia buat dengan asal, Kak Nyongi.

Tapi imut juga anjer, Kak Nyongi, batin Yuri menahan senyum, udah gemes sendiri sama panggilan baru Hoshi darinya. Lucu banget.

Vera mendelik mendengar Yuri secara jelas nyebut Hoshi 'Kak Nyongi'.

Wah, adek kelas ini keren juga.

Beneran sassy girl. Ya sebenarnya Vera mulai nggak heran sih Yuri bisa deket sama Hoshi, anaknya nggak lenjeh dan sok kemayu. Biasa aja dan cenderung santai, tapi juga pemberani.

Kalo ngomong jujur walau agak ngeselin.

Vera mendengkus, dengan wajah datar mulai mencuci muka.

Yuri juga melengos nggak peduli memilih mengecek jam di hapenya.

Yuri abis istirahat kedua ada latihan pencak silat. Masih dua puluh menit lagi ternyata.

"Keren juga lo," komentar Vera tiba-tiba sambil mematikan keran, mengusap kasar wajahnya yang basah. Cewek cantik itu menoleh, berpandangan dengan Yuri yang daritadi santai banget. "Baguslah, lo lawan yang sepadan."

Yuri jadi menatap Vera sinis, "sepadan apa, anjir," katanya sewot. "Kesempatan menang lo lebih banyak," lanjutnya sambil menatap lekat wajah Vera walau ekspresinya masih datar.

Dilihat dari dekat begini, Vera makin menunjukkan aura permaisuri yang ketara banget.

Vera mengangkat sebelah alis, "kenapa lo bisa mikir gitu?"

Yuri memutar bola mata, "jujur aja sih, lo terlalu cantik buat gue kalahin."

Vera mengerjap, lagi-lagi kaget.

Aslian, Yuri sikapnya nggak ketebak banget buat Vera.

Yuri kok bisa terang-terangan banget bilang begini?

Cewek berambut panjang itu melengos, menatap Yuri tanpa ekspresi. "Tampang nggak akan berguna selagi bisa bikin Nyong nyaman," ucapnya tanpa intonasi yang berarti.

Yuri mengerjap, tersadar. Iya juga, ya.

Yuri seharusnya nggak perlu ngeributin hal beginian. Lagian Yuri percaya diri kok dia bisa bikin Hoshi suka sama dia.

"Oh, iya, bener," celetuk Yuri sambil manggut-manggut. "Nggak jadi insecure deh gue."

Vera mendengkus geli. Yuri ternyata nyeleneh anaknya.

Senior ; ksyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang