28. Yuri Malam Itu (2)

229 52 14
                                        

"Gue duluan ye," kata Mingyu menepuk bahu Jihoon pamit, berlari ke gang dekat pohon beringin pulang ke rumah.

"Hati-hati Kak!" teriak Yuri yang dibalas acungan jempol oleh Mingyu.

Sekarang karena Jihoon, Yuri, dan Mingyu tinggal di desa yang sama, mereka jadi berjalan pulang bareng. Tadi anak band jam setengah lima sore diturunkan di sekolah, jadi baliknya sendiri-sendiri. Seokmin sama Rothy motornya emang dari berangkat dititipin di sekolah, biar kalo udah balik bisa langsung pulang ke rumah.

Sementara Jihoon, Yuri, sama Mingyu memilih pulang naik angkot.

Sekarang udah jam tujuh malam, anak band tadi solat dulu di masjid deket sekolah sebelum beranjak pulang.

Untungnya kawasan desa nggak sepi banget walau udah gelap, masih rame. Di gapura tadi aja ada bapak-bapak lagi nongkrong.

"Lo jadi nanyain tugas ke gue, Yul?" tanya Jihoon, teringat semalam Yuri sempet minta bantuan dia buat tugas seni budaya.

"Iya, tapi kalo sekarang kemaleman bukannya?" balas Yuri bertanya balik. "Besok aja nggak apa-apa, pagi-pagi gue ke kelas lo."

"Nggak keburu anjir," kata Jihoon menggeleng nggak setuju. "Sekarang aja, sekalian. Gue juga belum mau balik, bunda gue ngabarin rumah kosong pada kondangan. Baliknya jam delapanan."

Yuri mengangguk-angguk, "yaudah kalo gitu."

Jihoon tiba-tiba berhenti berjalan, menepuk kening karena teringat sesuatu. "Eh, gue ke rumah Nyong dulu bentar deh," katanya menoleh menatap Yuri, "lo ke rumah duluan aja, entar gue nyusul."

Yuri mengerjap, sebenarnya penasaran tapi memilih buat nggak banyak tanya jadi manggut-manggut mengiyakan.

Sampai depan rumah Yuri, Jihoon bablas agak berlari ke rumah Hoshi di pojok sendiri. Jihoon mau ngecek keadaan Hoshi dulu, takut di rumah kenapa-napa.

Baru aja membuka pagar, Yuri tersentak dan refleks menoleh saat suara Jihoon yang terkejut campur panik terdengar sampai telinganya.

"YA ALLAH SOONYOUNG!"

Yuri urung masuk, berbalik ikut berlari ke rumah Hoshi karena khawatir terjadi sesuatu. Jihoon aja sampai teriak kaget gitu.

Pagar dan pintu rumah Hoshi terbuka, menampilkan secara jelas keadaan di dalam.

Yuri seketika terperangah.

Pecahan vas dan pigura berserakan di lantai. Kacau banget. Sedangkan Hoshi jatuh terduduk dengan kepala tertunduk dan tangan menutupi wajahnya di ambang pintu dapur.

"Eh, ini kenapa?" tanya Yuri nggak bisa menyembunyikan kepanikannya melihat rumah seberantakan ini.

Jihoon nggak kaget Yuri tiba-tiba muncul, karena udah menduga Yuri bisa denger teriakan refleksnya tadi. Cowok itu berjongkok di depan Hoshi, mengecek keadaan cowok manis itu dengan tergesa.

Hoshi yang mendengar suara khas Yuri jadi mengangkat kepala. Ekspresinya datar tak terbaca, membalas tatapan Yuri dengan matanya yang memerah dan basah.

Yuri seketika merasa dadanya sesak.

"Lo kenapa? Mama sama ayah tiri lo dateng bareng lagi?" tanya Jihoon setelah nggak menemukan adanya luka fisik di tubuh Hoshi. Raut panik di wajahnya terlihat jelas.

Jihoon jelas paham. Kalo keadaan rumah kacau begini, pasti karena Mama Hoshi dan ayah tirinya habis bertengkar.

"Bukan, ini...," Hoshi menarik napas panjang, bersuara lirih. "Karena gue sama Mama tadi berantem."

Jihoon dan Yuri sama-sama melebarkan mata, nggak menyangka jawaban itu yang akan keluar.

"Kenapa lagi....?" suara Jihoon juga ikut melirih.

Senior ; ksyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang