13. Antara Bucin dan Kemanusiaan

276 55 8
                                    

"MATI GUE!" Yuri mengumpat, berlari kencang ke arah gerbang SMA Pijar yang sudah tertutup rapat.

Pagi ini dia lagi sial.

Karena telat bangun, Yuri mau nggak mau harus berangkat sendiri ke sekolah naik angkot karena dia udah ditinggal kerja sama Papa, juga ditinggal pergi ke sekolah duluan sama Yoojung. Sunghoon dan Wonyoung juga udah berangkat.

Ngeliat gerbang hitam besar yang udah tertutup rapat seolah mengejeknya, bikin Yuri menyesal seketika karena memilih tidur abis sholat subuh.

Yuri berhenti berlari ketika sudah sampai di depan gerbang, merunduk menumpukan kedua tangan ke lutut ngos-ngosan parah abis lari maraton dari pertigaan dekat sekolah. Berikutnya, cewek itu udah bersandar ke dinding samping gerbang dan merosot duduk di sana.

Tinggal nunggu kedatangan PD dan hukuman aja ini mah.

Udahlah, Yuri capek. Nggak mau mikir itu dulu. Mending ngatur napas dulu aja deh.

Ketika udah ngerasa lebih baik dibanding tadi yang ngos-ngosan parah, Yuri mendecak baru sadar belum memakai dasi, sabuk, dan almamater dengan bener. Sepatunya juga tali sepatunya lepas, entah sejak kapan. Kalo udah daritadi, hebat juga Yuri lari dengan kecepatan cahaya tadi tanpa kesandung jatuh. Rambutnya juga acak-acakan banget karena dibuat lari dan belom sempat sisiran. Untung walau baju dan rambutnya belum keurus dengan bener, Yuri masih sempet pakai sunscreen tadi sambil nunggu angkot walau lipbalmnya nggak kebawa. Ah, entar dia minta Minju aja deh kalo udah berhasil masuk.

Berasa abis diterjang badai Yuri pagi ini. Acak-acakan banget.

Yuri perlahan merapikan penampilannya sambil nunggu PD keliling ngecek depan gerbang dan menemukan wujudnya yang asal-asalan. Membenarkan dasinya yang hampir lepas dan sabuk yang mengikat pinggangnya, mengikat tali sepatunya, juga memakai almamater yang sedaritadi dia sampirkan di bahu udah kayak supir angkot. Yuri sekarang menyisir rambutnya seadanya dengan jari tangan karena sama sekali nggak bawa sisir. Entar pinjem sisir Beomgyu aja. Beomgyu sering bawa sisir, nggak tau apa tujuannya.

".... Yuri?"

Yuri tersentak, menoleh seketika saat namanya dipanggil.

Ah, Hoshi.

Cowok dengan seragam rapi itu berdecak melihat Yuri duduk nyender di dinding samping gerbang.

Dalam sekali liat juga Hoshi udah tau drummer Bumi Band itu telat sampai nggak bisa masuk.

Yuri meringis, sebenarnya agak malu ketemu Hoshi lagi setelah kejadian di kantin. Ya lagian, Yuri nekat banget langsung bilang kalo pengen jadiin Hoshi pacar.

Semoga Hoshi nggak ngungkit itu lagi, deh.

Enam anggota PD di belakang Hoshi sama-sama melongok kepo.

Di gerbang depan, cuma Yuri yang telat. Nggak tau sih kalo gerbang belakang. Iyalah, ini udah jam sembilan kurang lima belas menit. Padahal bel bunyi jam tujuh pas. Ini Yuri telatnya beneran nggak tanggung-tanggung.

"Lo ngapain sih pagi-pagi udah nunjukkin muka lo yang ngeselin itu ke gue?" sewot Hoshi, galak.

Yuri sih cengengesan doang.

Hoshi berjalan mendekat, berdiri di hadapan Yuri dan menunduk membuat Yuri balas mendongak agar bisa menatap si kakak kelas.

"Kenapa telat?"

"Kesiangan, Kak," jawab Yuri, nunjukkin reaksi kayak nggak punya dosa bikin Hoshi emosi seketika.

Padahal masih pagi.

"Bagus, terus lo nggak ada nunjukkin ekspresi nyesel gitu?" sindir Hoshi membuat Yuri menipiskan bibir nggak tau harus jawab apa. "Alasan lo kesiangan apa?"

Senior ; ksyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang