Hoshi menghela napas berat, mengusap wajahnya kasar dengan telapak tangan dan menunduk merasa situasi lagi-lagi berubah kacau.
Cowok itu sedang berdiri di dekat meja dapur, melamun sendirian dengan tangan mencengkram ujung meja berusaha menenangkan diri.
Tiga jam lalu, Hoshi dikejutkan dengan keberadaan mamanya di ruang tamu. Wanita itu duduk santai saja sambil main hape, dan tatapannya sama sekali nggak terkejut begitu mendapati putranya menatapnya dengan syok.
Mamanya datang sendirian, untungnya.
Tapi tetep aja Hoshi kaget.
Tiba-tiba banget datangnya.
Hoshi sebenarnya memang nggak pernah nggak kaget sih kalo Mama tiba-tiba dateng ke rumah dan menetap walau cuma beberapa jam.
Karena seringnya, Mama datang saat Hoshi nggak di rumah, dan pergi sebelum Hoshi pulang.
Hoshi biasanya baru tau saat ia menemukan rumah berantakan kayak kapal pecah dan Mama udah pergi.
Selalu kayak gitu.
Ini sudah menginjak bulan ke-sepuluh, dan ini adalah pertama kalinya Mama menunjukkan batang hidungnya di hadapan Hoshi.
Ini juga pertama kalinya sih, Mama datang dengan damai.
Soalnya biasanya, kedatangan Mama itu membawa keributan.
Terdengar kurang ajar, ya?
Hoshi juga sebenarnya agak nggak tega menyebut Mama begitu, tapi memang begini kenyataannya.
Jika Mama datang bersamaan dengan mantan ayah tirinya, maka yang akan terjadi hanya satu; rumah berantakan dan nambah-nambahin kerjaan Hoshi karena dua orang dewasa itu akan bertengkar sambil banting-bantingan barang untuk memperebutkan hal yang sama setiap waktu alias gak ganti-ganti bahan gelutnya.
Semoga aja kali ini nggak. Hoshi udah cukup capek dan pusing soalnya.
Bisa-bisa dia ngedrop lagi kalo bener Mama kembali bawa masalah pulang ke rumah.
Jihoon juga lagi di luar kota, jelas Hoshi nggak punya tempat kabur kalo abis ini terjadi sesuatu.
Hoshi memejamkan mata, berusaha menenangkan diri walau gagal juga.
Hoshi lagi nggak ada tenaga buat menghadapi Mama, jadi Hoshi benar-benar berharap malam ini berjalan dengan tenang.
Suara derap langkah kaki mendekat memasuki dapur membuat Hoshi mengangkat alis.
"Kamu nggak punya makanan? Mama laper."
Hoshi dengan perlahan mengangkat kepalanya, mengerjap memandangi Mama yang kalem saja duduk di meja makan masih dengan ponsel di genggaman.
Mama masih santai, syukurlah.
Setidaknya, Hoshi masih bisa berharap Mama tidak akan melontarkan kalimat menyakitkan untuknya malam ini.
Hoshi mencoba menarik senyum, "mau aku masakin, Ma?" tanyanya pelan.
Satu anggukan dari Mama sontak membuat Hoshi menegak dan melangkah mendekati kulkas. "Mama mau makan apa?"
Mama mengetuk jarinya ke atas meja, berpikir sebentar. "Nasi goreng, ada bahannya?"
"Ada."
"Yaudah, itu aja."
Hoshi mengangguk patuh, gak banyak bicara jadi mulai bergerak menyiapkan bahan yang dibutuhkan.
Mama sendiri juga diam, bersandar di sandaran kursi meja makan dengan kedua tangan bersedekap dan tatapan lurus mengarah pada punggung putranya yang sibuk memasak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senior ; ksy
FanfictionKetika si adek kelas bar-bar dan si kakak kelas galak saling jatuh cinta. *** Senior, ©twelveshineu2k21 [WARN: NONBAKU, OOC, HARSH WORD, RECEH, GAJE, CRACKSHIP]