"ASSALAMUALAIKUM PARA BABUKUUUUU~" sapa Yuri sambil membuka pintu rumah.
"Oh, udah pulang Non?" tanya Mama dari dapur dengan nada sopan yang dibuat-buat.
Yuri nyengir, "bukan Mama maksudnya, tapi tiga saudara setanku."
Wonyoung si bungsu mendengkus saja, jadi menggeleng prihatin, "punya Teteh sama Mbak kok akhlaknya pas-pasan semua."
Yuri tersenyum lebar, berjalan mendekati Wonyoung lalu memiting lehernya dari belakang. "Ngomong sekali lagi, dedekku yang manis."
"ANJING TETEH!"
Yoojung yang baru turun dari kamarnya hanya menatap pergelutan Yuri dan Wonyoung sekilas lalu melipir ke dapur nggak peduli. Udah jadi pemandangan biasa soalnya.
Mama mendecak, merasa telinganya mulai panas denger anak-anaknya ngumpat. Wanita itu meraih talenan bekas motong sayuran, berbalik berjalan ke ruang tamu dengan senyuman bikin Yoojung yang lagi minum keselek.
Aksi bar-bar Yuri dan Wonyoung sontak terhenti begitu saja ketika Mama muncul dari balik tirai dapur dengan talenan kayu teracung.
"Sekali lagi nyebut hewan, ini talenan melayang ke muka kalian satu-satu," ancam Mama sambil menunjukkan talenan kayu kebanggaannya. "Mari jadi anak gadis yang kalem dan manis."
Yuri meringis ngeri, segera menjauh dari si bungsu.
"Nah, mantap," Mama mengangguk-angguk, bersedekap. Matanya beralih menatap si anak kedua yang masih kucel dengan seragam pramuka nggak lengkap dan rambut terikat asal. Buset, ini anak satu abis diterjang badai darimana dah berantakan bener. "Teteh bisa nggak sih pulang dalam keadaan manusiawi?"
Yuri mengerjap, menunduk melihat penampilannya. Etdah, kek gembel, batin cewek itu menghina diri sendiri.
"Ya namanya juga pramuka, Mamaku yang cantik."
"Emang lo abis ngapain?" celetuk Yoojung dari balik punggung Mama. "Disuruh nyebur sawah nggak?"
"Kagak, manusiawi kok seleksinya," jawab Yuri sambil mengangkat bahu. "Gue-nya yang emang nggak bisa nggak berantakan keknya."
Ya bener sih. Seleksi ketiga tadi nggak ada yang aneh-aneh walau ini udah seleksi terakhir. Kakak kelasnya nggak ada yang rese atau ngadi-ngadi. Yuri-nya aja yang default setting-nya nggak bisa nggak berantakan karena banyak tingkah.
Wonyoung mengernyit, langsung keinget sama sambatan Yuri beberapa minggu lalu. "Lah, bukannya lo bilang pradananya galak, Teh?" tanyanya.
Yuri memang pernah sambat tentang galaknya Hoshi ke Wonyoung, Sunghoon, Yoojung, Mama, sama Papa waktu ngumpul di ruang TV abis sholat isya, tepat di hari dia dianter pulang sama si pradana galak itu.
Wonyoung mikirnya kalo pradana-nya galak kayak yang Yuri bilang, pasti rese dong?
Sial, nggak tau aja nih anak kalo Hoshi cuma kayak anak kecil yang manja dan bawelnya minta ampun.
Yuri terkekeh, mendadak jadi keinget gimana muka sinis Hoshi waktu dia dateng bawain bakwan malang. Hoshi gemes banget kalo lagi ngambek.
"Galak sih emang iya, cuma dia bukan tipe kakel rese yang suka ngerjain adek kelasnya."
Nggak tau aja si Yuri kalo Hoshi sebenarnya ada plan buat ngerjain dia.
"Seleksinya manusiawi, ya nggak ada yang aneh-aneh gitu kayak waktu jaman SMP. Dia tuh galak, tapi galaknya nggak ngeselin. Paham nggak?" lanjut Yuri, agak bingung deksipsiin Hoshi kayak apa.
"Jadi tipe tegas berkarisma gitu, Teh?" sahut Mama sambil mengangkat sebelah alis, entah kenapa sejak Yuri ngomongin si pradana ini walau nggak nyebut nama tapi Mama ngerasa tertarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior ; ksy
FanfictionKetika si adek kelas bar-bar dan si kakak kelas galak saling jatuh cinta. *** Senior, ©twelveshineu2k21 [WARN: NONBAKU, OOC, HARSH WORD, RECEH, GAJE, CRACKSHIP]