40. "Halo, Pacar!"

265 47 13
                                    

"KAK NYONGIIIIIIII!"

Panggilan itu sukses membuat Hoshi yang masih duduk di bangkunya langsung menciut malu, menutup wajahnya dengan tangan.

"Halo, pacar!" sapa Yuri ceria, duduk di bangku depan Hoshi. Matanya berbinar, udah lupa sama luka cakaran di pipinya. Jari cewek itu terjulur menyingkirkan tangan Hoshi, mencubit pipi kakak kelasnya ini sambil tertawa gemas.

Bel pulang yang berbunyi nyaring membuat Yuri langsung melompat pergi melesat ke kelas Hoshi, mau godain kakak kelasnya ini yang jadinya beneran confess di ruang BK.

Langsung lupa kalo dia aslinya piket hari ini karena jadwal piket diacak sama wali kelas tadi pagi.

"Kenapa malu sih," celetuk Yuri sambil terkekeh, melihat Hoshi masih malu ketemu dia perkara confess tanpa rencana beberapa jam lalu. "Hei, gemesku. Ayangku."

Hoshi mendengkus, akhirnya mengangkat kepala menatap Yuri.

"Manggil gue kayak biasa aja atau nggak jadi pacaran?"

"LAH KOK GITU?" protes Yuri jelas nggak terima. Tapi melihat tatapan Hoshi, akhirnya Yuri melengos pasrah. "Iye-iye kaga. Kak Hoshi, ayo kita pulang bareng," kata Yuri langsung kalem, menjulurkan tangannya dengan telapak tangan terbuka.

"Gue nggak bawa motor," jawab Hoshi jadi berdiri menurut mengenggam tangan Yuri, membungkus tangan mungil itu dengan telapak tangannya yang lebih besar. "Naik angkot berarti."

"Oke aja gue mah," balas Yuri yang sudah tersenyum sumringah sendiri karena digandeng oleh mas pacar, berjalan riang mengikuti Hoshi menyusuri koridor SMA Pijar berdua. Tangannya bergerak menggoyang-goyangkan genggaman tangannya dan Hoshi, membuat yang lebih tua mendengkus geli. "Hihi asik gue punya pacar!" serunya semangat, meloncat-loncat ceria kentara sedang bahagia.

Hoshi tertawa kecil, menjulurkan tangan merangkul bahu Yuri, membuat tubuh mungil pacarnya ini merapat padanya. "Nggak usah pecicilan gitu, nanti jatuh," tegurnya seraya menepuk-nepuk puncak kepala Yuri lembut.

"Aman, gue udah biasa jumpalitan," balas Yuri sambil cengengesan, tapi ia tetap menurut buat anteng dalam rangkulan Hoshi. Sekarang bahkan bergerak menyandarkan kepalanya ke bahu lebar Hoshi. Mumpung udah resmi pacaran 'kan, jadi bebas nyender-nyender. "Kak, lo tadi beneran takut sama gue, ya?"

"Hm? Iya," jawab Hoshi sambil menghela napas, masih ngeri kalo keinget gimana sangarnya Yuri tadi. "Lo serem, kayak bukan Jo Yuri."

Yuri terkekeh, makin merapat. Tinggi Yuri yang menyentuh daun telinga Hoshi membuatnya bisa dengan mudah menaruh pipi kanannya ke bahu mas pacar. "Kayaknya lo udah terbiasa liat gue cengengesan jadi begitu."

"Ya bener sih," sahut Hoshi dengan tangan bergerak memainkan rambut pendek Yuri berjalan bersama di koridor menuju lobi. "Eh, tadi orang tua lo dipanggil?"

"Iya, gue digeplak masa Kak," adu Yuri kini memanyunkan bibir tipisnya, masih teringat saat Mama datang tadi dan sudah memberinya geplakan gemas di kepala.

Hoshi terkekeh, "abis Mama lo tau kronologinya, termasuk kelakuan lo yang random banget sampe nyiram Vania pake sabun cuci tangan, lo diapain?"

"Alhamdullilah sih, gue nggak diapa-apain," jawab Yuri kini mengendikkan bahu. "Malah dipuji gue. Mama bilang kalo gue anak hebat dan bilang makasih juga karena udah belain Mama."

Sudut bibir Hoshi terangkat membentuk senyum, suka dengan cara Mama Jo memperlakukan Yuri.

"Gue ikut seneng lo nggak jadi kena hukuman dobel," celetuk Hoshi yang bikin Yuri ketawa.

"Iya Kak sumpah, gue awalnya udah deg-degan ya takut Mama ngasih hukuman lagi ke gue selama skorsing, tapi untungnya Mama nggak gimana-gimana cuma bilang kalo gue nggak boleh kasar lagi lain kali," sahut Yuri bercerita dengan panjang lebar.

Senior ; ksyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang