Sarapan pagi itu, Yuri beberapa kali melirik ke arah Jihoon yang keliatan agak beda. Jihoon jadi agak pendiam dan sering banget ngecek hapenya.
Perilaku itu bener-bener bikin Yuri mengernyit heran.
Kakak kelasnya itu kenapa, deh?
Maka begitu keluar dari lobi berniat menuju ke parkiran buat berangkat ke lokasi manggung, Yuri langsung menyusul dan mensejajarkan langkahnya dengan Jihoon yang berjalan di depan sendiri.
"Kak Uji," panggilnya membuat Jihoon menoleh dan mengerjap penuh tanya.
Yuri menjulurkan tangan merangkul bahu Jihoon mendekat, "lo kenapa deh, Kak? Diem banget dari pagi. Ada masalah?" tanyanya peduli.
Jihoon mengangkat sebelah alis, lalu merapatkan bibir sadar kalo Yuri lumayan peka anaknya. "Gue lagi kepikiran sesuatu sebenarnya, Yul," jawab cowok mungil itu sambil menghela napas.
Bener, Jihoon masih kepikiran sama cerita Hoshi semalam.
Kalo Bulan aja mau, Hoshi jelas nggak bisa menahan.
Dan itu bencana.
Beneran deh, Jihoon takut situasi bakal lebih kacau setelah ini.
Juga, Jihoon takut.... Hoshi menyerah.
Nggak, jangan sampai.
Yuri mengerjap, masih menoleh menatap Jihoon walau kakinya bergerak melangkah bersama Jihoon menuju parkiran. "Mau cerita?" tawarnya, "kita mau manggung bentar lagi, mending keluarin sekarang deh Kak kata gue mah. Biar nanti fokus."
Jihoon jadi terkekeh, sebenarnya menyetujui perkataan Yuri. Bola mata cowok mungil itu bergerak menatap lurus ke depan, berpikir sebentar.
"Gue nggak akan terang-terangan sih," gumam Jihoon bikin Yuri mengernyit. Jihoon menarik napas panjang, menoleh menatap Yuri. "Tapi, menurut lo, kenapa bisa ada orang tua yang benci sama anaknya?"
"Eh?" mata Yuri membulat, kaget karena tiba-tiba disodori pertanyaan begitu.
Jihoon berhenti berjalan, masih menatap Yuri sekarang lanjut memberi pertanyaan, "menurut lo, kenapa bisa ada orang tua yang benci sama anaknya sendiri, padahal anaknya nggak ada salah apa-apa? Nggak bandel, malah berprestasi dan punya manner yang bagus. Anaknya juga sopan sama orang tuanya dan masih menghormati walau tau dia dibenci banget. Dia baik. Nggak pernah aneh-aneh. Menurut lo, kenapa?"
Yuri terdiam sejenak, mencerna pertanyaan Jihoon. Kemudian cewek manis itu beralih menatap ke depan biar nggak nabrak kalo terus menatap Jihoon. "Kalo kata gue, nggak mungkin mereka begitu tanpa alasan. Kecuali kalo mereka titisan iblis sih," jawab Yuri ringan dengan suara husky uniknya itu.
Jihoon lantas terkekeh mendengar balasan nyablak Jo Yuri. "Ceritanya, anaknya nggak pernah tau alasannya. Tapi selama dia hidup, dia kayak.... nggak dianggap? Dia punya satu adek juga, ngomong-ngomong, tapi adik tiri," ucap Jihoon dengan mata menerawang jauh ke depan, kembali merasa sesak walau bukan dia yang menjalani. "Orang tuanya, di sini ibunya, nggak pernah peduli sama hidup dia. Cuma peduli sama adeknya doang. Terus ibunya pergi lama ke luar kota, ninggalin dia yang harus ngurus adeknya, sendirian."
Yuri mengerjap, jelas merasa familiar.
Yuri jadi keinget sama Hoshi.
Setau Yuri, Hoshi tinggal sendirian sama Bulan, ngelakuin peran ganda sebagai kakak juga sebagai orang tua. Mirip sama deskripsi Ji—eh, wait.
Yuri diam-diam melebarkan mata, sadar sesuatu.
Apa yang dimaksud Jihoon tuh..... Hoshi?
Yuri menggigit bibir, berusaha menguasai diri buat terlihat biasa aja. "Ini cerita siapa? Bukan lo 'kan, Kak?"
![](https://img.wattpad.com/cover/264793029-288-k979311.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior ; ksy
FanfictionKetika si adek kelas bar-bar dan si kakak kelas galak saling jatuh cinta. *** Senior, ©twelveshineu2k21 [WARN: NONBAKU, OOC, HARSH WORD, RECEH, GAJE, CRACKSHIP]