41. Jagoan Kecil Ayah

237 48 23
                                    

Perjalanan pulang sore itu diisi dengan hening.

Ayah tadi menawarkan untuk pulang bersama karena ingin berbicara dengan Hoshi, sekalian mengantarkan pacar anaknya alias Yuri pulang dengan selamat.

Akhirnya, Yuri dan Hoshi menurut untuk diantar pulang oleh Ayah dengan mobil hitam pria itu, dan kini diikuti oleh suasana canggung yang nggak kunjung berakhir.

Hoshi hanya diam menatap ke luar jendela dengan wajah datar, sementara Yuri di sampingnya harus bertahan dalam keadaan hening yang nggak dia suka.

Ayah juga diem aja, fokus menyetir sambil sesekali mengecek jok belakang lewat spion.

Canggung banget. Yuri nggak tau harus bersikap kayak apa jadinya.

Mau nyender ke Hoshi, nggak enak ada ayahnya. Mau main hape juga kok rasanya nggak sopan.

Akhirnya Yuri ikut diem, sesekali menggerakkan kakinya ataupun dengan gabut memainkan gelang manik-manik yang melingkar di pergelangan tangannya.

Suara dering telepon masuk dari hape Ayah sukses memecah hening.

Hoshi hanya melirik sekilas dengan bibir terkatup rapat enggan bicara, sedangkan Yuri mengangkat kepala seketika.

Ayah turut melirik sejenak ke jok belakang, lalu menipiskan bibir dan mengangkat telepon itu dan mengaktifkan loud speaker.

"Assalamualaikum!"

Suara cowok.

Yuri mengerjap, menegak entah kenapa jadi tegang sendiri. Otaknya berusaha mengenali situasi ini secepat yang ia bisa.

"Waalaikumsalam, kenapa?" balas Ayah kalem.

"Bisa jemput, nggak?"

"Emang ada apa kamu tiba-tiba minta jemput?"

"Noh anak gadis Ayah, balik sama temennya terus kembarannya ditinggal mentang-mentang aku futsal dulu," kata seseorang itu di seberang telepon mengomel.

Waduh, gumam Yuri lagi dalam hati, paham.

Cewek itu melirik ke arah Hoshi yang masih nggak berekspresi apapun, memandang ke luar jendela mobil dalam diam. Meringis, tangan Yuri bergerak ke atas punggung tangan Hoshi, menggenggamnya tanpa ngomong apa-apa.

Hoshi melebarkan mata melihat itu, jadi balas melirik.

Yuri di sampingnya terlihat santai kini menyilangkan kaki, memainkan manik-manik di gelangnya dengan wajah polos.

"Emang Jaehee balik sama siapa?" tanya Ayah dengan suara memelan, melirik lagi ke arah Hoshi di jok belakang.

"Jihan, katanya ada urusan. Tapi nggak tau urusan penting apa kaga, dia 'kan suka aneh."

Ayah kembali merapatkan bibir, berujar kalem. "Yaudah, Ayah jemput. Nunggu di gerbang aja."

"Oke, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Ayah, lalu menghela napas. "Mampir dulu bentar ya," kata pria itu dengan senyum simpul, menoleh singkat memberi tahu.

Karena Hoshi nggak banyak merespon, Yuri jadi yang tersenyum dan mengangguk, "Iya, Om," balasnya manis.

Mampus, makin canggung abis ini.

Yuri sekarang ganti menjulurkan tangannya yang bebas, membungkus rapat tangan kanan Hoshi dengan kedua telapak tangan mungilnya seolah menenangkan.

Beberapa saat kemudian, Ayah menghentikan mobilnya di depan gerbang sekolah SMP yang sangat Yuri kenali.

Ini sekolah Wonyoung dan Sunghoon.

Senior ; ksyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang