38. Rahasia Si Matahari

254 50 48
                                    

Entah apa yang membuat Hoshi dan Yuri berakhir duduk berdua di pinggir lapangan depan gapura area tempat tinggal mereka.

Lapangan ini cukup ramai di jam tiga sore ini, dipenuhi oleh anak SD yang bermain sepak bola. Di pinggir lapangan juga ada beberapa penjual jajanan kaki lima, tadi Yuri sempet menarik Hoshi buat beli pop es dulu baru duduk.

Tepat setelah Hoshi melempar pertanyaan yang bikin Yuri merasa jantungnya geser dari tempatnya, angkot yang mereka tunggu lewat membuat Hoshi nggak memperpanjang jadi menarik Yuri buat naik.

Berikutnya, Hoshi nggak ada bahas hal itu lagi.

Yuri sebenarnya masih bertanya-tanya ini Hoshi-nya nyepik biasa atau sekalian nembak, sih?

Yuri melirik, memperhatikan Hoshi lewat ekor mata. Cowok yang setahun lebih tua darinya itu duduk di sebelahnya sambil meluruskan kaki, menggigit kecil ujung sedotan pop es stroberi yang tadi dibelinya dengan mata sipit yang mengerjap-ngerjap mengamati para anak kecil berlarian main bola di lapangan.

Bocil bener.

Oke, kalo Hoshi emang nggak ada niat buat ngegas lagi, maka Yuri yang maju.

"Gue bapernya nggak bercanda kok, Kak."

Hoshi langsung tersedak, jelas kaget setengah mampus mendengar suara serak berat Yuri yang tiba-tiba menyeletuk dengan entengnya.

Untung nggak nyembur.

Sementara Yuri tertawa malah kesenangan sendiri melihat Hoshi salting. Yuri sadar banget kalo telinga kakak kelasnya itu langsung memerah.

Duh, lucu banget.

"Panas, Kak?" ledek Yuri menoel pipi bulat Hoshi dengan telunjuk. "Merah gitu telinganya. Perlu gue kipasin nggak?"

"Lo mending diem," sewot Hoshi yang makin salting, agak mendorong kecil pipi Yuri menjauh sambil merengut.

Ini lama-lama kebalik beneran kayaknya.

"Lah lo nanya?" balas Yuri yang puas melihat reaksi Hoshi. Lucu banget. "Kak, kalo mau confess ya ayo aja, jangan malu-malu."

Hoshi jadi mendelik seketika.

Buset. Ini Yuri-nya malah ngebet pengen ditembak.

"Harusnya lo yang malu-malu," balas Hoshi sambil mendengkus, sebenarnya nggak habis pikir sama kepribadian Yuri yang nyablak banget. "Kenapa jadi gue begini."

Yuri mengerjap, "oh?" katanya seolah tersadar, lalu jadi memasang wajah manis dan menyematkan anak rambutnya ke belakang telinga dengan centil. Hoshi mendadak geli melihatnya. "Kak Hoshi.....," panggil Yuri dengan nada kemayu.

Hoshi bergidik ngeri, "nggak, nggak begitu," katanya sambil menggeleng cepat. "Udah paling bener lo kurang ajar."

Yuri jadi tertawa, "nyesel 'kan lo," ledeknya membuat Hoshi melengos.

Berikutnya keduanya diam lagi.

Yuri mengerjap menikmati semilir angin sepoi-sepoi jam tiga sore ini, mendadak merasa dia ini model di MV KPop. Helai rambut hitam kecokelatannya berantakan diterpa angin, bikin Yuri merasa dia ini cewek paling cantik sedunia.

Entahlah, Yuri kalo rambutnya lagi berantakan gini malah merasa dia jadi lebih cantik.

Dan Hoshi, juga berpikiran begitu.

Cowok itu menopang dagu, mengamati si adek kelas dari samping.

"Lo punya mantan berapa?"

Pertanyaan itu sukses membuat Yuri tersentak dan menoleh kaget.

Senior ; ksyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang