BAB 38 : AMANDA

532 21 0
                                    

"Terima kasih atas kerja samanya. Semoga hubungan antar perusahaan dapat terjalin baik."

"Terima kasih kembali. Saya harap proyek ini membuahkan hasil maksimal."

Argan tersenyum lebar, memundurkan tangannya kala pria gembul itu melepas tautan mereka. "Saya harap demikian, Pak."

Klien tersebut membetulkan letak kacamatanya seraya mengangguk. "Baik kalau begitu. Nanti kita bertemu lagi membahas detail lengkapnya." Matanya melirik si sekretaris yang berdiri di sebelahnya. "Kami pamit dulu. Senang bisa bekerja sama dengan Anda, Pak Argan."

"Baik, Pak. Semoga hari Anda menyenangkan."

Pria itu menyungging senyum, memberikan berkas yang berada di tangannya pada si sekretaris dan berlalu dari ruang rapat tersebut.

Ketika tubuh kliennya sudah menghilang tertutup sekat dinding, Argan berbalik menghadap meja lonjong tempat mereka berdiskusi sebelumnya.

"Kalian bisa kembali ke ruangan masing-masing. Terima kasih atas partisipasinya."

Instruksi itu disambut hangat oleh para manajer yang mengelilingi meja rapat. Mereka mengangguk, tersenyum, lalu mengikuti Argan dengan semangat.

"Besok pagi laporan keuangan bulan lalu harus sudah ada di meja saya, ya." Argan melangkah lebar menuju lift. Lita di sampingnya mempercepat geraknya agar mampu menyamai sang bos.

"Baik, Pak." Lift terbuka saat mereka tiba di depannya. Argan bergegas masuk setelah karyawan di lift tersebut keluar.

"Oh ya, lampirkan juga salinannya sebanyak satu eks, dan tolong tanyakan pada HRD soal laporan prestasi karyawan agar saya bisa mengatur promosi, mutasi atau demosi."

"Siap, Pak."

Argan mengangguk kecil, kemudian mengangkat tangan kirinya dan melirik Lotus Watch yang terlilit di sana. Tepat sekali. Meeting selesai 15 menit sebelum jam kantor usai. Meski sudah petang, para anggota rapat masih punya cukup waktu untuk berbenah pulang.

Bertepatan ketika lift berhenti di lantai 15; ruang CEO, ponsel Argan bergetar. Sebelum keluar, dia merogoh saku celananya dan mengangkat panggilan yang masuk.

"Halo, Pa?"

"Halo, Gan. Kamu di mana?"

"Masih di kantor, Pa." Argan berbelok menuju ruangannya. "Kenapa, Pa?"

"Enggak. Papa cuma mau kasih tau kalo Amanda tadi siang nyampe di rumah. Kamu ke sini ya sama Rachel. Kita makan malam bareng."

"Amanda pulang?" Mata Argan melebar mendengarnya.

"Iya, dia sengaja gak kasih tau biar surprise."

Argan menghela napas panjang. "Ada-ada aja tuh anak. Untung kita juga udah pulang, Pa. Kalo belom kan repot."

Ardi tergelak. "Iya, ya, bisa kacau. Jadi gimana? Kamu bisa, kan? Papa udah pesen makanan."

"Bisa, Pa. Abis ini aku telpon Rachel biar dia siap-siap. Begitu aku pulang kami langsung ke rumah Papa." Argan menarik kenop pintu ruangannya, melangkah masuk dan duduk di kursinya.

"Oke. Ga usah buru-buru, santai aja. Eh, kamu mau ngomong sama Amanda?"

"Dia ga istirahat?"

Sesaat, tak ada jawaban dari ujung sana. Argan menerka Ardi tengah mengecek kegiatan adiknya.

"Emm, kayaknya lagi tidur, mungkin jetlag."

"Oh, ya udah, biarin aja, Pa, kasian dibangunin."

BETWEEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang