"Ra, lo yakin bakal ambil penelitian ini?" tanya Nathan heran, membolak-balik lembaran kertas yang ada di pangkuannya. Tumpukan kertas itu tebal, mungkin sekitar 30 sampai 40 halaman, dijepit menggunakan paper clip yang disangkutkan di salah satu sisinya.
"Iya, Nat. Gue ambil itu aja, biar gampang," sahut Rachel, mengayunkan kaki mengusir kebosanan. Ia mengeratkan jemari di tali tas ransel navy kesayangannya.
Sekitar setengah jam lalu, Rachel mengirim pesan pada Argan agar menjemputnya, namun sampai saat ini laki-laki itu belum kunjung tiba. Lima belas menit lalu, Rachel kembali menghubungi Argan menanyakan dimana keberadaannya. Ia khawatir, karena tak biasanya Argan sampai selama ini menjemputnya. Rachel sempat gelisah, namun saat suaminya itu membalas kalau ia terjebak macet beberapa kilometer dari kampus, kerisauan yang sempat menggunung pun akhirnya memudar. Alhasil, disinilah Rachel menunggu, di bangku halte bersama Nathan yang urung meninggalkannya.
"Itu namanya bukan gampang, tapi mempersulit diri."
Rachel mengesah, memperlambat ritme ayunan kakinya yang mengambang dari bangku halte. "Enggak, Nathan. Itu gak sesulit yang lo bayangkan. Itu termasuk mudah dan gak ngeribetin."
"Gak ngeribetin gimana? Lo bakal lebih capek mikir buat ngarang dan susun kata-katanya, Ra. Beda kalo lo ambil kuantitatif, lo tinggal nge-regres aja di SPSS, abis itu kelar," kekeuh Nathan, mengepak kedua tangan, seolah mengatakan kalau penelitian kuantitatif jauh lebih enteng.
Rachel menghela napas ringan. "Menurut gue, Nat, penelitian itu tergantung orangnya, lebih cenderung kemana. Buktinya, lo niat banget ambil kuantitatif dari dulu, dan sampe sekarang lo bisa nge-handle penelitian itu sampe bab 3, kan? Gue tau lo juga udah sampe uji valid segala." Rachel melirik Nathan, menyelipkan sejumput rambut yang beterbangan ke bagian wajah saat embusan angin meniupnya.
Sejak tadi pagi, cuaca berawan dan mendung. Langit tampak kelabu, bahkan cenderung gelap, seperti sudah sangat sesak menampung genangan air dan siap menumpahkannya ke bumi. Anehnya, sejak tadi pagi hingga sore, setetes gerimis pun tak ada yang menetes ke tanah. Seiring langit menggelap, angin pun juga tak berhenti bertiup. Meski tak kencang, tapi semilirnya cukup untuk menerbangkan segelintir rambut, debu, dan kertas-kertas. Seorang mahasiswa semester 3 yang tadi kebetulan jatuh tersungkur di sebelah laboratorium teknik merasakan kehadiran angin itu. Kertas yang dibawanya terbang ditiup angin. Ia sampai harus setengah mati mengejar hingga nyaris ke gerbang. Dedaunan kering pohon jati di belakang kampus juga ikut rontok karena embusan angin.
Rachel agak kewalahan menyelipkan helaian rambutnya yang terus tertiup angin. Malangnya, ia lupa membawa jepitan rambut baru yang Argan belikan kemarin, karena jepitan lamanya patah tertimpa badan sendiri di atas tempat tidur.
Huft.
"Gue ambil penelitian kuantitatif kan karena gue gak pinter ngarang, Ra. Tapi, gue ngomong berdasarkan fakta. Banyak yang bilang kualitatif itu lebih sulit karena mereka udah ngerasain sendiri," Nathan membalikkan tumpukan kertas ke halaman terdepan, "apa lagi judul lo ini, SWOT SWOT gini, pasti susah." Nathan menunjuk judul di barisan paling atas.
"Nah, itu lo tau. Kita ambil jenis penelitian yang lebih cocok ke kita dan kita kuasai. Justru gue ambil ini biar lebih mudah, karena gue males pake kuesioner. Kalo begini kan gue cuma perlu observasi sama wawancara doang buat pengumpulan data. Bisa juga sih sebenernya pake kuesioner, cuma gue males."
"Itu mah lo mau enaknya aja."
Rachel terkekeh kecil. "Ya makanya gue bilang dari tadi apa, Nathan, gue males ambil yang ribet-ribet. Semua balik ke orangnya, lebih nyaman dan ahlinya dimana. Lo tau sendiri kan gue dari jaman dulu gak pinter hitung-hitungan. Kalo gue ambil kuantitatif namanya gue bunuh diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
RomanceArgan dan Rachel saling mencintai, sejak pertama kali mereka duduk di bangku SMA hingga sekarang setelah menikah. Rasa itu masih sama. Setidaknya, itulah yang mereka pikirkan. Argan tidak menyadari, bahwa ia terus melakukan denial pada dirinya send...