BAB 8 : TERINGAT

564 29 0
                                    

Jika ada salah satu kenikmatan hakiki selain bersama orang yang kau cintai di dunia ini, maka mungkin hal itu adalah menikmati waktu sendiri di sore hari yang sejuk. Bersantai ditemani seonggok cemilan sembari menonton acara televisi favorit, sepertinya sangat membahagiakan bagi segelintir orang meski hanya melakukan hal yang sederhana. Merasakan kenikmatan "me time" yang sesungguhnya. Itulah yang dirasakan Rachel saat ini.

Sekitar sejam yang lalu, Argan izin padanya untuk pergi lari sore dan meninggalkannya di rumah. Setelah melalui perdebatan yang alot, Argan akhirnya mau membiarkan Rachel sendiri karena gadis itu tetap kekeuh tidak mau ikut lari bersama. Katanya, ia sedang mau bersantai saja di rumah. Apalagi saat ini ia sedang kedatangan tamu bulanan, yang semakin menambah kadar kemalasannya untuk ikut. Dan ketika Argan berniat untuk membatalkan acara olahraga sorenya untuk menemani Rachel di rumah, istrinya itu justru memaksanya untuk tetap olahraga. Katanya lagi, ia tidak mau menjadi alasan bagi Argan untuk tidak jadi berolahraga.

Sehingga, setelah melalui sederet pertikaian kecil namun cukup pelik tersebut, akhirnya disinilah Rachel. Duduk tenang bersila seorang diri di sofa depan televisi sambil menonton dan terus melahap makanannya sedari tadi.

Rachel meraup segenggam kerupuk udang yang kini berada di pangkuannya. Karena ia sedang duduk bersila, maka ia dapat memangku sebungkus kerupuk dan segelas besar air putih sekaligus. Ia menyelipkan kedua benda itu di sela-sela betis dan paha. Layar televisi yang menyala kebetulan juga sedang menayangkan acara favoritnya; SpongeBob SquarePants, yang otomatis menambah kenikmatan yang ia rasakan.

Kekanakan memang. Di usia yang sudah menginjak 21 tahun, namun tayangan yang dikonsumsinya justru masih berupa tayangan anak-anak. Namun, Rachel tidak peduli akan semua itu. Baginya selama tayangan itu masih dapat menghibur, maka hal tersebut bukanlah masalah. Tidak ada regulasi bagi orang berusia 21 tahun tidak boleh menonton acara anak-anak, bukan?

Rachel bangkit berdiri dan berjalan menuju dapur sesaat setelah lidahnya tidak dapat mencecap apapun lagi dari gelas yang disodorkan ke mulutnya tadi. Airnya sudah kandas. Untung saja layar televisi juga baru menayangkan iklan beberapa detik yang lalu, sehingga ia tidak harus melewatkan acara SpongeBob SquarePants sedikit pun.

Tangan Rachel terulur untuk mengisi air dari dispenser ke gelas. Ia mengisi gelas besar itu hingga penuh. Sekalian, karena sudah berada di lingkungan dapur, ia juga mengambil satu bungkus terakhir cemilan yang ada di kabinet dapur. Setelah mengambil semua yang ia rasa perlu, Rachel kemudian berbalik dan duduk kembali di sofa depan televisi.

Kram perutnya saat ini sedang tidak begitu terasa, oleh karena itu ia dapat merasa sedikit lebih bebas bergerak dan tenang. Gadis itu meneguk air putih beberapa kali, hingga menyisakan setengah dari isinya yang tadi penuh. Pada saat ia hendak menyelipkan gelas besar itu di pangkuannya lagi, pada saat itulah pintu rumah tiba-tiba terjeblak dan Argan muncul dengan gontai dari balik pintu tersebut.

Kepala Rachel refleks tertoleh ke samping, menangkap sosok sang suami yang baru pulang berolahraga. Rachel mengamati dengan saksama pergerakan Argan yang dimulai dari ambang pintu. Matanya tiba-tiba memicing tak suka, bibirnya yang sedari tadi tersenyum mendadak berkedut. Ia mendengus ketika memantau gerak-gerik laki-laki itu.

Namun, sepertinya Argan tidak merasa diperhatikan. Ia tetap santai seperti biasa. Tampaknya, ia lupa akan semua wejangan Rachel yang selalu gadis itu ungkapkan tentang kerapian dan keteraturan. Argan dengan bersenandung ria membuka sepatu olahraga yang ia kenakan, lalu membiarkannya tergeletak di depan pintu. Kaus kaki juga begitu, dibiarkan asal disamping sepatu, bukannya disusun rapi di rak yang berada hanya beberapa senti dari pintu.

Argan kemudian masuk ke dalam setelah menutup pintu, lalu melepaskan earphone yang ia sumpal ke telinga tadi sepanjang berlari, dan melemparnya asal ke atas meja di dekat Rachel. Earphone itu nyaris tidak mendarat dengan benar kalau tidak tersangkut di remote televisi. Dan, yang paling membuat Rachel mendelik adalah saat suaminya itu membuka kaus olahraganya yang basah dan langsung merebahkan diri di sofa. Kaus malang yang kelewat basah dan mungkin sudah dapat diperas itu juga dilempar asal hingga menimpa earphone di atas meja. Lelehan keringat laki-laki itu mengalir di sepanjang leher, punggung, dan dada, langsung membasahi sofa dan meresap kedalam saat ia berbaring.

BETWEEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang