"Ar, cepet tarik layangannya!"
"Bentar, Ra, anginnya kenceng banget, nih."
"Awas, jangan sampe putus!"
"Lagi aku usahain, Ra."
"Jangan sampe kena layangan orang, Ar!"
"Iya, Ra."
"Hati-hati!"
"Eh! Minggir, Ra! Minggir!"
"Kenapa?"
Pada akhirnya, sepasang manusia itu jatuh mengempas tanah dalam posisi sama-sama berbaring menyamping. Layangan di genggaman Argan sukses terlepas dan melayang bebas di udara, menyisakan pemiliknya yang terpaku memandangi wajah manis di depan wajahnya sendiri. Mereka tersandung batu.
"Ra? Ra?"
"Eumm ...." Rachel melenguh, memejamkan matanya lebih erat seiring tubuhnya yang meliuk ke segala sisi. Nyaris seluruh otot-ototnya pegal. Pipinya yang dingin bersentuhan dengan kulit lain yang hangat, menyebabkannya lebih mudah tersadar akibat perbedaan suhu yang kontras. "Ar?"
"Kamu mimpi indah?"
Rachel mengernyit, seketika membuka matanya ketika telinganya menangkap secercah suara familier. Dalam satu gerakan cepat, dia bangkit dan bersandar di kepala tempat tidur. "Eh, kamu udah pulang?" Kedua tangannya mengucek kedua matanya. Suaranya parau. Khas bangun tidur. "Kok nanya mimpi indah? Emang aku kenapa?" tanyanya polos.
"Aku liat kamu senyum-senyum sendiri. Emang mimpi apaan? Btw, kamu ketiduran?" Argan melompat ke atas tempat tidur dan mengempaskan tubuhnya di samping sang istri. Sebelum itu, dia meraih laptop yang masih menyala di hadapan Rachel dan memindahkannya ke atas nakas setelah menekan tombol "ctrl" dan "s" bersamaan. "Revisi proposal?"
Rachel mengangguk sembari beringsut ke paha Argan. Duduk berhadapan tampaknya lebih baik. Ini malam kedua laki-laki itu pulang terlambat, meski tak seterlambat kemarin. Katanya, pekerjaan di kantor sedang menumpuk. Rachel rindu. "Iya, ketiduran pas lagi revisi. Mungkin kecapekan juga. Soalnya abis pulang kuliah aku langsung buka laptop."
"Aku udah bilang jangan sampe kecapekan sekalipun itu buat revisi proposal, kan?"
Cengiran kecil meluncur dari bibir Rachel. "Sesekali. Biar cepet selesai. Makin lama aku makin pusing." Seulas senyum menghias wajahnya.
Argan mendengkus. "Sama aja. Kamu tau gak tadi tidurnya gimana?"
"Gimana?"
"Rebahan sambil mangku laptop. Sekali kamu balik badan, laptopnya bakal jatuh. Pegel juga kan tidur dalam posisi gak bener?"
Rachel mengerang ketika Argan menekan-nekan pahanya. "Pelan-pelan, Ar. Kebas, nih."
"Makanya besok-besok jangan kayak gini."
"Aw!" Rachel refleks memukul lengan Argan kuat-kuat. "Kamu usil banget! Kan udah aku bilang pelan-pelan mijitnya. Makin sakit tau." Gadis itu memajukan bibirnya sembari bersedekap. Argan sengaja meremas pahanya yang kebas dengan kekuatan ekstra. Ugh!
Argan terkekeh. "Abisnya kamu udah dibilangin malah tetap dilakuin. Anggap aja hukuman?"
"Hmmm."
"Eh, jangan ngambek dong." Argan buru-buru menggapai pinggang Rachel dan menariknya mendekat. "Jangan ngambek, ya?" bisiknya di ceruk leher gadis itu. Posisi favoritnya. Bersembunyi di sela leher Rachel membuatnya leluasa menghirup aroma tubuh istrinya. "Aku bercanda."
"Hmmm."
"Jangan hmm doang."
"Hmmm."
"Ra ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
RomanceArgan dan Rachel saling mencintai, sejak pertama kali mereka duduk di bangku SMA hingga sekarang setelah menikah. Rasa itu masih sama. Setidaknya, itulah yang mereka pikirkan. Argan tidak menyadari, bahwa ia terus melakukan denial pada dirinya send...