BAB 40 : TERUNGKAP

2.6K 75 5
                                    

"Serius amat bacanya, Mbak."

Menyadari kehadiran seseorang dari arah depan, Rachel menghela napas berat, menggeletakkan buku resep di tangannya ke atas meja. "Gue bingung, nih. Kasih saran, dong."

Nathan mengambil duduk di sebelah Rachel, menggeser tasnya dan menyumbatnya ke dalam laci, lalu membuka bungkus kacang atom yang barusan ia beli dari kantin. "Saran apa?" tanyanya ketika mengulurkan plastik putih ke hadapan sahabatnya. "Buat lo."

"Apa?"

"Buka aja. Lumayan ngemil sebelum dosen masuk."

Lengan Rachel terulur menyambut kantung tersebut. "Jajanan?"

"Iya. Gue beli banyak."

Rachel lantas merogoh dan mengeluarkan satu per satu isinya, mengabsennya di atas meja. "Kacang, biskuit, permen, roti, somboy ... coklat! Aaaa, makasih, Nathan!"

Laki-laki berkemeja hijau itu terkekeh melihat Rachel mengacungkan cokelatnya tinggi-tinggi dan merobek bungkusnya tergesa-gesa. "Kesukaan lo."

"Iya, dong."

"Masih suka aja."

"Kalo dari sananya suka sampe kapan pun ya bakal suka."

"Itu coklat tetep buat lo kali. Santai aja makannya. Gak gue ambil, kok." Menyaksikan Rachel menyumpalkan nyaris setengah batang sekaligus ke mulutnya, Nathan tergelitik geli melihat pipinya yang menggelembung.

"Enak. Tau aja lo coklat kesukaan gue."

"Ya taulah. Emang siapa yang sering beliin lo coklat waktu bocil dulu?"

Rachel terkikik di sela-sela kunyahannya. "Masih inget aja."

"Ga akan terlupakan itu mah." Kacang terakhirnya dilayangkan ke udara. Nathan menengadahkan kepalanya dan menangkap kacang tersebut tepat di dalam mulutnya. "Keren gak gue?"

Alih-alih terpesona, Rachel justru membuang muka ke luar jendela. "Absurd."

Nathan terbahak. "Bilang aja gue keren tapi lo malu ngakuinnya."

"Syukur-syukur tuh kacang gak meleset. Kalo jatoh ngakak gue."

Bahakannya menjadi-jadi. "Gue udah berpengalaman. Ga mungkin jatoh." Bahunya mengedik seirama alisnya yang dinaik-turunkan. "Eh, tadi lo mau minta saran apa? Sampe lupa."

Sesaat, Rachel mengembuskan napas panjang sambil membuka lebih lebar daun jendela di sampingnya. "Menurut lo, bagusnya gue masak apa buat weekend nanti? Sabtu besok tanggal pertama kali gue kencan sama Argan, gue mau bikin surprise buat dia."

"Tumben lo nanya begituan sama gue."

Cebikan Rachel mengudara. "Risa ga dateng. Gue ga punya temen diskusi."

"Emang dia ke mana?"

"Sakit."

Kening Nathan berkedut. "Masa? Kok gue ga tau? Aw!"

"Makanya kalo di kelas pikiran jangan ngambang mulu. Lo ga denger tadi dia diizinin sama kakaknya?"

Nathan cengengesan sembari mengusap-usap bahunya yang dipukul Rachel. "Hehehe, ya maap. Abisnya tadi ngebosenin, bikin ga fokus."

"Alesan."

Ketika Rachel memanyunkan bibirnya sebal, Nathan justru mengulum senyum. "Udah, lupain soal itu. Gue punya ide bagus buat lo."

"Apa?"

"Emm ...," jari Nathan mengetuk-ngetuk di atas meja, "idenya ...."

Satu detik.

BETWEEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang