Argan menyugar rambut basahnya ke belakang menggunakan handuk kecil yang tadi diambilnya dari lemari kayu sebelum masuk ke kamar mandi. Ia mematut diri di depan cermin, memerhatikan wajahnya yang baru dibasuh facial foam beberapa menit yang lalu, kemudian menepuk-nepuknya pelan. Rasanya segar sekali begitu selesai mandi dan membersihkan wajah setelah seharian beraktivitas.
Argan mengedarkan pandangan ke seluruh tubuh melalui pantulan cermin. Otot-otot lengannya yang sempat meregang kini jadi mengendur setelah terkena basuhan air. Tubuhnya yang tinggi terasa lebih rileks sehabis mandi. Kulitnya yang putih juga tampak lebih bersinar. Argan memerhatikan dengan saksama bentuk tubuhnya yang kokoh, tanpa sengaja menangkap sebuah sticky note pink tertempel di salah satu sisi cermin.
Kening Argan berkerut penasaran. Ia mengulurkan tangan untuk meraih sticky note berbentuk hati tersebut, lalu membawanya lebih dekat untuk membaca isinya. Sticky note itu sepertinya sudah bolak-balik ditempel dan dicabut, terlihat dari kerekatannya yang mulai tak lagi kuat. Ada percikan-percikan air hinggap di sisi-sisinya, untung saja sticky note tersebut tahan air sehingga tulisan yang tertera di sana masih dapat terbaca.
"I miss you, Ar :)"
Bibir Argan refleks melengkung ke samping setelah membaca seuntai kalimat di sticky note itu. Jemarinya mengusap permukaan kertas mini tersebut dengan hati membuncah. Rachel selalu tahu cara menyenangkan hatinya. Argan segera mengantongi sticky note itu di dalam saku celana selutut yang dikenakannya, kemudian melangkah keluar dari kamar mandi setelah menyambar dan mengenakan kaus merah marun yang juga dibawanya tadi.
Tangan Argan memutar kenop pintu. Handuk putih yang ia gunakan untuk melap rambut sudah ia kalungkan di leher agar praktis. Begitu pintu kamar mandi terbuka, Argan langsung melihat ke arah tempat tidur dimana Rachel biasa memainkan ponsel selagi menunggunya mandi. Alis Argan mengerut saat ia tak mendapati sang istri di sana. Ia kemudian menyapukan tatapan ke seluruh kamar, menilik keberadaan gadis itu. Kamar ini besar, Rachel mungkin dapat berada di bagian sudut mana saja.
Wajah Argan yang sempat mengetat karena mencari keberadaan sang istri pun perlahan merenggang seiring matanya yang menyadari sosok Rachel sedang duduk di sofa menghadap jendela di sudut kanan. Argan mengembuskan napas lega, melangkah lebar untuk memangkas jarak di antara mereka.
"Kamu ngagetin, aku kira kemana," ujar Argan begitu tiba di sebelah Rachel. Ia langsung duduk dan mengangkat tubuh mungil gadis itu pindah ke pangkuannya. Tubuh Rachel yang mungil memudahkan Argan untuk mengangkatnya enteng seperti mengangkat sebuah guling.
Rachel tersentak kaget saat Argan tiba-tiba datang dan memindahkan tubuhnya begitu saja ke paha laki-laki itu. Karena terkejut, hampir saja sejumput minyak zaitun yang ia tampung di tangan kirinya tumpah mengaliri punggung tangannya. "Kamu tuh yang ngagetin aku. Aku kira kamu belom keluar dari kamar mandi. Ga ada suara apa-apa," sahut Rachel sembari membalurkan sedikit demi sedikit minyak ke lengan dan betis.
"Kan surprise," elak Argan asal sembari mengecup lengan atas Rachel yang sudah berbalur minyak. "Kok tumben make minyak malam-malam? Biasanya kamu treatment pas sore siap mandi." Argan menempelkan wajah ke lengan Rachel.
"Iya, tadi sore aku buru-buru, Ar, karena cuacanya kayak mau hujan jadi aku langsung panik angkat jemuran sampe lupa pake," papar Rachel, mengusapkan minyak terakhir di leher dan sela-sela jarinya.
Membalurkan minyak zaitun di betis, lengan, wajah, dan leher merupakan salah satu ritual kecantikan Rachel yang baru Argan ketahui setelah mereka menikah empat bulan lalu. Rachel tidak pernah membeli banyak produk kecantikan untuk merawat tubuh. Yang selalu gadis itu gunakan adalah minyak zaitun extra virgin dan tumbuhan lidah buaya sebagai perawatan kulit. Katanya, kedua bahan itu merupakan bahan alami yang bisa digunakan kapan saja dan aman digunakan dalam jangka panjang, sehingga ia tidak perlu takut menggunakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
RomanceArgan dan Rachel saling mencintai, sejak pertama kali mereka duduk di bangku SMA hingga sekarang setelah menikah. Rasa itu masih sama. Setidaknya, itulah yang mereka pikirkan. Argan tidak menyadari, bahwa ia terus melakukan denial pada dirinya send...