Argan memarkirkan mobilnya dengan rapi di tempat parkir khusus CEO yang berada di sebelah lahan parkir untuk para karyawan. Sebelum turun, ia menyempatkan untuk menurunkan gulungan kemeja pada lengannya yang sebelumnya ia gulung sebatas siku. Argan merapikan sedikit kain kemejanya yang bergaris-garis karena kusut sehabis digulung, lalu mengancing beberapa kancing tangan kemejanya. Setelah memastikan semua beres, Argan baru keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk kantornya.
Argan melangkahkan kaki agak cepat. Matanya melirik sekilas arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jarum jam itu sudah menunjuk pukul 09.00 pagi. Argan mengedip dan semakin memacu langkah. Bahkan ia berlari kecil untuk dapat sampai di ruangan lebih cepat. Ini sudah terlambat satu jam dari jadwal masuk kantor yang seharusnya pukul 08.00.
Tadi pagi, Argan dan Rachel sama-sama bangun kesiangan. Setelah semalam Rachel kesakitan karena kram perut datang bulan yang mengakibatkan gadis itu bangun lebih lama, Argan pun bukannya bangun lebih cepat dan menjadi orang yang membangunkan Rachel, namun ia justru bangun lebih kesiangan dari istrinya.
Ditambah lagi, saat tengah malam, Rachel sempat terbangun karena lapar, dan mereka menghabiskan sekitar sejam untuk mempersiapkan makanan sekaligus makan malam. Alhasil, jam tidur mereka pun berkurang, dan di pagi hari mereka sama-sama kocar-kacir karena kesiangan.
Pagi tadi, Rachel terperanjat begitu melihat jam dan menyadari kalau saat itu sudah pukul 07.30 pagi. Gadis itu langsung panik dan mengguncang kuat-kuat lengan Argan untuk membangunkannya. Mata Rachel bahkan belum terbuka sempurna, tapi ia sudah heboh membangunkan Argan.
"Ar, bangun, Ar. Kita kesiangan. Kamu gak ke kantor? Ar, bangun. Argan, bangun cepetan. Kita udah telat. Ya ampun maafin aku telat bangun. Ar, cepetan bangun. Aku mau masak dulu. Kamu bangun cepetan."
Kira-kira begitulah kata-kata Rachel yang dibalut kepanikan saat membangunkannya tadi pagi.
Argan refleks tergelak jika mengingatnya. Saat itu, wajah Rachel diliputi keterkejutan yang luar biasa. Ia mengentak-ngentakkan bahu Argan, menggoyangkan lengannya, mengusap rambutnya, dan bahkan mencubit pelan pinggangnya untuk membangunkan sang suami. Kepanikan Rachel sebenarnya didasari oleh rekor tidak pernah telat bangunnya sepanjang menjabat sebagai istri Argan. Dan ketika rekor istri terbaiknya itu agak kacau karena keteledorannya sendiri, Rachel pun dilanda kepanikan dan keresahan yang luar biasa pula.
Argan tertawa kecil saat membayangkan tingkah istrinya tadi pagi. Tawa itu bertahan lama dan belum luntur bahkan ketika ia sudah tiba dan mendorong pintu masuk kaca kantornya.
"Selamat pagi, Pak."
"Pagi, Pak."
"Pak."
Argan langsung disambut oleh tegur sapa para karyawan begitu sampai di lobi kantor. Suara-suara karyawan itu menyadarkan Argan dari kilas balik kejadian lucu tadi pagi. Bibirnya mengulas senyum untuk menanggapi beberapa sapaan tersebut. "Pagi," sahutnya ramah, lalu melanjutkan langkah menuju ruangannya yang ada di lantai 15.
Karena sudah telat, Argan memilih untuk tidak menggunakan lift umum yang disediakan untuk para karyawan dan tamu. Ia memutuskan untuk menaiki lift khusus CEO agar tidak mengantri dan agar dapat tiba di ruangan lebih cepat.
Begitu pintu lift yang mengangkutnya terbuka di lantai 15, Argan langsung bergegas menuju ruangan besar yang berada di ujung koridor. Sebelum masuk, ia berhenti sejenak beberapa meter sebelum mencapai ruangan. Argan mampir di kubikel milik Lita, si sekretaris yang hampir saja ia pecat karena memperlakukan Rachel layaknya orang asing di kantornya sendiri beberapa waktu lalu.
"Lita, tolong kamu ke ruangan HRD dan bawa formulir penilaian prestasi kerja karyawan ke ruangan saya. Saya mau periksa formulir tersebut," ucap Argan di depan kubikel sekretarisnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
RomanceArgan dan Rachel saling mencintai, sejak pertama kali mereka duduk di bangku SMA hingga sekarang setelah menikah. Rasa itu masih sama. Setidaknya, itulah yang mereka pikirkan. Argan tidak menyadari, bahwa ia terus melakukan denial pada dirinya send...