"Hati-hati ya, Ra."
"Iya, kamu juga. Jangan lupa makan siang. Aku udah masukin bekal ke tas kamu."
Argan mengernyit. Tangannya menggantung di udara tak jadi mengusap rambut istrinya. "Kapan kamu masukinnya? Kok aku ga tau?"
Rachel terkikik. "Hehe, pas kamu lagi keluarin mobil aku buru-buru masukin."
"Ada-ada aja kamu."
"Aku takut kamu lupa makan siang jadi aku bawain bekal. Dimakan, ya. Awas ga abis."
"Iya, pasti aku abisin. Kamu juga jangan lupa makan. Kalo udah pulang langsung telpon aku."
Rachel mengangguk. Bersama bibirnya yang tertarik ke samping, ia meraih tangan Argan dan menyalaminya. "Ya udah, kamu berangkat sekarang biar ga telat."
"Iya, aku pergi, ya."
"WA aku begitu nyampe kantor."
Acungan jempol merespons permintaan Rachel. Argan lalu memasuki mobil dan melambaikan tangannya sebelum keluar pelataran kampus.
Sepeninggalnya, Rachel berbalik demi menuju kelasnya yang berada di lantai dua fakultas. Semalam, gara-gara tak dapat izin melanjutkan skripsinya, ia jadi batal menemui dosen pembimbing hari ini. Setelah ditimbang-timbang, agaknya ada benarnya juga kata Argan. Bagaimana pun waktu malam seharusnya dijadikan quality time untuk berdua. Alhasil, ia memutuskan merampungkan tugas akhirnya saat berada di kampus saja.
Setelah menjalani sisa perkuliahan sampai pukul satu siang, Rachel akan menepi ke perpustakaan bersama Nathan dan mengerjakan skripsi. Tadi subuh ia sudah memberitahu untuk membuat janji dengannya.
Ngomong-ngomong, tumben laki-laki itu belum kelihatan batang hidungnya. Biasanya dia datang di waktu berbarengan dengan Rachel.
"Ra!"
Nah, itu dia.
"Nat!"
"Kok Nat, sih?"
"Eh, sorry, sorry, Ris." Raut kaget tercetak di wajah Rachel ketika ia berbalik dan mendapati Risa-lah yang memanggilnya alih-alih Nathan. Ah, karena kepikiran ia jadi latah hingga salah mengenali suara.
"Nathan mulu yang lo pikir."
Rachel mengulum senyum. "Enggak. Gue lagi mikir aja tumben Nathan belom keliatan jam segini. Biasa dia dateng barengan dengan gue. Kesiangan kali dia, ya?"
Tawa Risa tersembur. "Mungkin. Eh, tapi bisa juga dia udah dateng duluan. Cuma lagi di kelas aja."
"Oh, iya." Rachel manggut-manggut. "Bisa jadi."
Mereka lantas berbelok ke arah plang "Fakultas Ekonomi dan Bisnis".
"Eh, btw, gue seminar minggu depan. Jangan lupa dateng, ya."
"Pasti, dong. Pagi atau siang?"
"Rabu pagi. Ajak Nathan juga."
"Bukan Nathan aja, anak kelas yang lain pasti juga nyerbu ruangan seminar lo kayak gue waktu itu."
Kekehan Rachel ikut memancing gelak tawa Risa. "Iya, ya. Kayak udah tradisi kalo ada yang seminar pasti dateng."
"Nah."
"Rachel!"
"Itu Nathan. Baru juga lo cariin, Ra."
Kedua alis Rachel bertaut saat mendapati Nathan berlari tergopoh-gopoh ke arahnya. "Lo ngapain lari-lari, Nat? Kesandung baru tau rasa."
"Itu ... itu ...." Nathan membungkuk seiring napasnya yang kacau balau.
"Ada apaan, sih?" Rachel dan Risa menatapnya heran. Tak ada angin tak ada hujan Nathan tiba-tiba lari-lari gaje.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
RomansaArgan dan Rachel saling mencintai, sejak pertama kali mereka duduk di bangku SMA hingga sekarang setelah menikah. Rasa itu masih sama. Setidaknya, itulah yang mereka pikirkan. Argan tidak menyadari, bahwa ia terus melakukan denial pada dirinya send...