16 || She's Liying, maybe?

119 48 43
                                    

Part 16 - She's Liying, maybe?


***

Memainkan bolpoin, Vino menggerakkan bola matanya ke kiri dan kanan. Pemuda itu sedari tadi sedang berpikir. Lebih tepatnya tidak bisa melupakan jawaban Reha perihal pertanyaannya saat istirahat tadi.


Gue suka baca novel, apalagi yang endingnya gak bahagia kayak cerita cinta lo yang ujung-ujungnya tertolak. Oh, iya. Gue juga suka sama gambar-gambarnya HAF_Official. Kalau berkenan, mau minta tanda tangan trus foto bareng. Peluk cium juga boleh. Mungkin gue udah jatuh cinta kali sama dia.

Membuang napas kasar, Vino merengek frustasi dan membuat beberapa penghuni kelas jadi menoleh, lalu menghela napas. Sepertinya sudah terbiasa dengan kelakuan random si berisik Vino.

"Gak bisa gini terus. Gue harus cari tau siapa si HAF_Official ini. Kalau perlu, gue mesti melancarkan gencatan senjata."

Dengan perasaan menggebu-gebu, Vino segera beranjak dari tempat duduknya. Melewati Fidelya dan Haliya yang terlihat cepat-cepat memasang earphone di telinga. Vino sedikit mengernyit, tapi ia abaikan saja.

"Perhatian, perhatian!" seru Vino saat sudah berdiri di depan papan tulis, menatap seisi kelas. Mulai dari yang super sibuk hingga ke yang sok sibuk seperti Fidelya.

Geraldi yang asyik dengan game mobile legend-nya pun sontak meringis. Telinganya seperti tertusuk karena suara sumbang Vino yang menggelora.

"Berisik lo, Vin!" teriak Geraldi terdengar kesal. Kemudian berpindah tempat ke belakang kelas. Duduk di lantai dan menyandarkan punggungnya pada loker.

"Obatnya lagi abis tuh. Maklumin aja, Di." Fidelya mencibir sedikit menengok ke belakang dan sukses disambut tawa dari beberapa siswa yang ada di dalam kelas. Termasuk Geraldi, sedangkan Vino sudah mengabsen kebun binatang.

"Obat cacing ya, Fi?" Haliya yang lemot pun akhirnya menimpali tanpa dosa.

"Bukan, obat penenang! He-he-he!" sahut Vino yang disertai tawa super kesal, sementara Haliya terperanjat karena Fidelya malah tergelak di sampingnya sambil memukul pahanya.

"Etdah, gue pasang earphone lupa nyetel musik! Pantesan lawakan garing lo kedengaran!" protes Fidelya, mengacuhkan Haliya yang menjauhkan kursi darinya.

"Yeh, lawakan gue garing emang!" tangkas Vino. Sekarang Fidelya sudah tidak marah lagi padanya, jadi ia punya nyali untuk melawan. "Mau apa lo hah?!"

Fidelya mendecih. "Lo mau ngomong apa sih?" tanyanya segera ganti topik.

"Makanya kalau orang ngomong tuh jangan dipotong. Penasaran kan lo," nyinyir Vino yang kembali menegakkan badan. Menyapu pandangan ke seluruh ruang kelasnya yang hanya diisi enam orang. Kemudian berdiri bak pemimpin upacara yang gagah dan berani. Fidelya melepeh di tempatnya.

"Gue cuma mau nanya, di sini ada yang tau HAF_Official gak sih?" tanya Vino to the point.

"Lah, anjir! Si Fely sama Hana ngebucinin tuh akun tiap hari," sahut Geraldi sembari mengarahkan jempol kanannya untuk menekan-nekan layar ponselnya. "Rame banget dah fansnya!"

Sontak Vino berlari. Sedikit memeletkan lidah saat melewati Fidelya, membuat gadis itu hampir membogemnya. Tapi ia kembali menghadap ke depan, walau tetap memasang telinga untuk menguping.

"Sumpah lo, Di?" Vino sudah mengenyakkan tubuh di sebelah Geraldi dan membuat cowok itu berdecak karena merasa terganggu.

"Ye. Katanya ada fanbasenya juga. Gila, gue pengen juga dibucinin kayak gitu," kata Geraldi yang masih fokus ke satu titik. Hero Funny-nya sudah sekarat melawan buff, lalu mendesis karena baru saja mati dengan tidak elit.

Bitter As a Medicine [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang