Part 39 - Belum Tau Sepenuhnya
****
Vino memandangi room chat dengan profil kosong di layar ponselnya. Tersenyum miris, menatap isi pesan di dalamnya yang bisa dihitung jari sampai akhirnya Reha memblokir nomornya, bahkan sebelum Vino memperkenalkan diri dengan benar.
Sejak hari itu hingga detik ini, tak sekali pun Reha terlihat membuka block di akun hijau milik Vino. Entah lupa atau memang tidak ada niatan berhubungan dengannya. Apa selama ini, ia hanya salah paham tentang perasaan Reha yang sebenarnya?
Menyedihkan.
Vino selalu mengemis cinta pada gadis mungil itu, namun tetap saja hubungan mereka masih ambigu dan berada di titik yang sama tanpa kepastian. Bahkan berkali-kali orang di sekitar Vino telah menyuruhnya untuk berhenti, namun pemuda itu tidak mengindahkannya. Padahal sudah selama ini hatinya tersakiti dan merana karena menunggu Reha, tapi sepertinya cowok itu benar-benar tidak ada keinginan untuk meninggalkannya.
Bodoh bukan? Vino juga sadar bahwa dirinya sangat dibutakan oleh perasaannya ini. Mau bagaimana lagi. Satu-satunya yang menghalangi Vino untuk mendapatkan pacar, pun sudah mengizinkan sejak kepulangannya dari bazar. Oleh karena itu, Vino tidak punya alasan pergi dari gadis itu lagi.
Namun sepertinya, batas kesabaran Vino sudah berada di titik klimaks. Terlihat dari motornya yang baru saja diparkir, tepat di depan toko kue Zafira. Menandakan bahwa pemuda itu tidak akan membiarkan Reha lolos kali ini. Apa pun itu, Vino tidak akan pergi sebelum Reha membuka mulut. Entah siapa yang akan tersakiti nanti.
"Kak Anissss." Vino menyapa begitu membuka pintu kaca toko kue Zafira sambil memandangi wanita berambut sebahu yang sudah lama tidak ia lihat di sana.
"Eh, Vino. Udah lama gak ketemu, Dek. Bu Astuti mau pesen kue lagi?" tanya kak Anisa terdengar luwes. Dia yang baru menutup etalase pun segera berjalan mendekat ke meja kasir dengan celemek yang masih melekat di badannya.
Vino tertawa kikuk, menatap kak Anisa yang tersenyum tipis menyambutnya. "Enggak, Kak," jawab Vino yang diam-diam menyesal karena datang dengan tangan kosong. Ini saja masih pake seragam lengkap dan belum sempat pulang ke rumah.
"Kalo gak mau beli, ngapain hayoo," ujar kak Anisa dengan nada menggoda.
Vino jadi menggaruk tengkuknya, bingung antara mau ngomong frontal apa jujur aja. "Abis dari rumah temen, Kak. Jadi sekalian mampir aja. Lumayanlah, bisa cuci mata pas ketemu kak Anis, hehe," bohong Vino akhirnya refleks menyembunyikan tangannya ke belakang. Lalu meringis pelan.
Mendengar perkataan Vino yang menjurus ke arah gombalan, kak Anisa langsung mencibir tidak ingin percaya. "Oh, iya. Tadi Teteh nyoba-nyoba bikin kue macaron rasa mintchoco, mau coba gak?" tanya kak Anisa sambil melepas celemek, lantas menyampirkannya ke kursi.
Vino masih diam di tempat, mendengarkan kak Anisa yang terlihat mengambil sebuah wadah berisi macaron berwarna biru dan bagian tengahnya coklat samar. "Tapi kayaknya agak gagal, Vin." Kak Anisa kemudian memberi instruksi agar Vino mengambil kue tersebut dan memakannya.
"Enak kok, Kak," kata Vino begitu mengunyah kue itu.
Bibir kak Anisa sedikit mengembang. "Yaudah, kamu ambil semua aja. Gak ada yang habisin juga."
Vino mengangguk sambil mengunyah potongan lainnya lagi. "Emang Rehanya gak ada, Kak?" tanya Vino mencoba basa-basi, lalu belagak celangak-celinguk sambil mengunyah kue rasa mintchoco yang diberikan kak Anisa tadi. "Bukannya dia suka kue macaron ya, Kak?"
"Dia udah ke atas."
"Uhuk! Uhuk!" Spontan Vino terbatuk sambil memukul dada begitu mendengar kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter As a Medicine [SELESAI]
Teen Fiction• Spin off Ketos Vs Sekretaris OSIS • Bisa dibaca terpisah ____ Hanya kisah picisan tentang Vino Bramantio yang menyukai seorang gadis. Ireha Zafira. Gadis manis yang sengaja dia temui di toko kue Zafiracake dengan dalih sebagai customer. Anehnya, R...