31 || Kakak Kandung dan Kakak Angkat

84 19 0
                                    

Part 31 - Kakak Kandung dan Kakak Angkat

****

Betapa kalang kabutnya wanita berambut sebahu itu ketika mendapati Reha yang mendadak tidak sadar usai mendengar berita kepergian ayah kandungnya. Membuat kak Anisa tanpa basa basi menghubungi dokter yang menangani Reha, dokter Samudra. Kebetulan sekali, dokter itu ada di dekat jalan anggrek sehingga Reha tidak perlu dilarikan ke rumah sakit.

"Tidak perlu khawatir, dia hanya kelelahan." Begitulah kata dokter Samudra saat pertanyaan mengenai kondisi Reha menyambutnya di depan pintu kamar gadis itu, bahkan pria yang tadinya duduk di sofa langsung berdiri menghampirinya dengan wajah yang sama khawatirnya dengan kak Anisa. Keduanya langsung mengucap syukur saat mendengar perkataan dokter Samudra.

"Dok, ini kakak kandung Reha." Kak Anisa menunjuk kecil Zayyan, mengenalkannya pada dokter Samudra begitu mereka duduk di sofa ruang tengah untuk membicarakan masalah ini lebih dalam.

"Kami sudah berunding dan Zayyan memutuskan bersedia menjadi pendonor untuk Reha," jelas kak Anisa. Matanya sedikit melirik ke arah pintu. Sebelumnya, Arvi meminta izin keluar sebentar untuk menerima telpon dari orang tuanya. Sudah selama ini, tapi laki-laki itu belum juga kembali.

"Ah, ini benar-benar kabar baik." Dokter Samudra merespon dengan senyuman, membuat kak anisa spontan menatapnya kembali. Dia juga tersenyum, sementara Zayyan mengangguk mendengarkan. "Tapi masih ada satu masalah lagi." Raut dokter itu berubah sendu, ia menghela napas.

Kedua orang dewasa yang duduk di depan dokter Samudra saling menatap, lalu menoleh padanya dengan bingung. "Ada apa, Dok?" tanya Zayyan.

"Kalian belum melihat berita?"

"Belum, Dok." Kak Anisa membeo. "Saya baru saja kembali dari luar kota."

"Memangnya apa yang terjadi? Berita tentang apa? Semuanya baik-baik aja, Dokter?" berondong Zayyan ikut cemas.

Dokter Samudra menghela napas berat sekali lagi. Ada banyak sekali yang harus disampaikan sebenarnya tentang rumah sakit tempatnya bekerja. Pagi tadi, direktur dan para jajaran RS Pertiwi kedapatan melakukan penggelapan dana dan penyalahgunaan jabatan. Dalam hitungan detik, rumah sakit kehilangan satu per satu donaturnya. Mengakibatkan sebagian besar staff rumah sakit terkena imbasnya, dipecat secara paksa. Hanya menunggu waktu saja hingga RS Pertiwi dijual untuk menutupi kerugian. Mengingat tempat pelayanan kesehatan itu tidak diwenangi oleh negara melainkan swasta.

Saat mendengar berita itu dari Difiana--asisten dokternya di RS Pertiwi--dokter Samudra berusaha keras bersikap tenang dan menangani kekacauan yang terjadi di rumah sakit bersama rekan-rekan dokter lainnya. Namun sekeras apa pun mereka bertindak, itu tidak akan mengubah banyak hal. Sehingga dokter Samudra berani mengambil keputusan untuk merujuk semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya ke RS lain meski fasilitasnya masih jauh di bawah RS Pertiwi. Setidaknya, pasien-pasien yang terlantar tersebut bisa mendapatkan penanganan walau tidak maksimal.

"Mungkin RS Pertiwi akan ditutup. Untuk saat ini, semua pasien akan dialihkan ke rumah sakit lain," jelas dokter Samudra dengan tatapan menyayu. Bulir-bulir keringat di dahinya menandakan bahwa dokter dengan senyuman hangat itu tengah kelelahan.

Tersentak, kedua orang yang duduk di depan dokter Samudra benar-benar shock begitu mendengar berita tersebut. Ini di luar dugaan.

"Lalu bagaimana dengan pengobatan adik saya, Dok?" tanya kak Anisa yang juga mewakili Zayyan. Tiba-tiba saja kelopak matanya memanas.

Yang tak lama setelah itu melihat si dokter membuka tas kerjanya yang sejak awal datang ke rumah sambil menentengnya. Dia mengeluarkan sebuah map coklat lalu menyodorkannya pada kak Anisa. "Kedatangan saya ke sini juga sekalian memberikan surat rujukan ini," tutur dokter Samudra tersenyum lembut saat map itu diterima dengan baik oleh wali pasiennya. "Bougenville Hospital di jalan Bougenville, salah satu RS tempat saya praktik selain RS Pertiwi. Jika kalian tidak keberatan, saya akan mengatur jadwal kontrolnya."

Bitter As a Medicine [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang