Part 40 - Pengagum Nomor Satunya
****
Sore itu, suara brankar yang membawa Reha akhirnya terdengar di lorong rumah sakit bougenville. Roda brankar dan lantai marmer yang saling bergesekan pun tak luput mengiringi irama jantung Anisa dan Vino kala itu. Keduanya berlari mengikuti perawat di depannya dengan gamang dan jantung yang terus berpacu tak karuan akibat rasa khawatir yang kian menyeruak.
Sebenarnya, kak Anisa sudah sangat familiar dengan suasana ini. Namun wanita dengan tatanan rambut seadanya itu tidak akan pernah merasa terbiasa. Dia takut sekaligus gelisah jika sesuatu yang lebih buruk dan menyakitkan akan dialami oleh adik angkatnya lagi.
Beda lagi dengan cowok yang berada tidak jauh dari kak Anisa. Ini pertama kalinya Vino berlari dengan pikiran berkecamuk, mengikuti brankar yang sedang membawa orang yang sangat berarti baginya. Dulu memang pernah sekali, waktu kakak ipar Vino akan melahirkan anak pertamanya. Namun hal itu jelas tidak sama dan sudah sepantasnya Vino khawatir karena Shana adalah salah satu keluarganya.
"Dok, tolong Reha ...." kak Anisa memohon dengan suara bergetar saat menemukan dokter Samudra yang juga akan menuju ke arah yang sama.
Namun tak ada jawaban yang cukup menenangkan dari pria berjas putih itu, selain meminta kak Anisa agar tetap mendoakan yang terbaik untuk Reha. Karena pada dasarnya, dokter Samudra bukanlah Tuhan. Dia jelas tidak punya kuasa untuk menjanjikan keselamatan seseorang, tapi bukan berarti dia tidak mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menyembuhkan pasiennya termasuk Reha.
"Kapan derita Reha akan berakhir, Ya Tuhan?" Begitulah isi hati kak Anisa ketika brankar yang membawa Reha dan dokter yang menanganinya mulai masuk ke UGD, menyisakan dirinya bersama Vino yang tampak tertegun di belakangnya.
Kak Anisa tidak pernah menutup mata bahwa selama ini, Reha sudah terlalu banyak mengalami masa-masa buruk. Baik itu sebelum atau sesudah bertemu dirinya dan keluarga. Jika dipikir lagi, gadis itu bahkan hampir menghabiskan sebagian masa kecilnya di panti asuhan dan berjuang seorang diri.
Andai suatu saat diberikan kesempatan, kak Anisa sendiri rela menukar takdirnya dengan sang adik. Dia tidak keberatan menggantikan gadis itu, setidaknya dengan begitu Reha bisa menjalani hidup yang normal di masa emasnya. Sehingga ia tidak akan sungkan untuk merasakan jatuh cinta ataupun overthinking dengan kehidupan sekolah layaknya remaja seumurannya.
Tapi kalau kak Anisa mengharapkan hal seperti itu, bukankah secara tidak langsung, ia telah meragukan garis takdir yang sudah ditetapkan Sang Maha Pencipta untuk Reha? Maka dari itu, kak Anisa hanya bisa pasrah dan menyerahkan semuanya pada Yang Maha Kuasa. Berdoa setiap hari hanya demi melihat kesembuhan Reha suatu hari nanti.
"Reha pasti baik-baik aja, 'kan, Teh?" Vino akhirnya bertanya dengan nada yang sangat gusar. Takut-takut kalau operasi Reha terpaksa dipercepat karena alasan yang fatal.
"Teteh juga gak tau, Vin. Minta doanya ya biar Reha cepet sembuh," kata Anisa yang dibalas anggukan pelan oleh Vino.
Namun lagi-lagi pemuda itu tertegun dalam saat menatap pintu UGD yang tertutup rapat di sebelah wanita itu. Kejadian di tangga beberapa menit yang lalu bahkan masih terekam jelas diingatan Vino.
Bagaimana Reha mendadak tak sadarkan diri dengan kondisi hidung dan tangan yang dipenuhi darah segar. Itu benar-benar kejadian yang mengerikan selama Vino hidup. Dan pemuda itu sangat bersyukur karena memiliki refleks detik itu sehingga ia dapat menangkap Reha sebelum tubuhnya bertumbukan dengan tangga.
Di samping itu, keberuntungan sepertinya sedang berpihak pada Reha karena di saat yang bersamaan pula, seorang pria yang tidak Vino kenal rela meminjamkan tumpangan di mobilnya untuk mengantar Reha ke rumah sakit. Dan pemuda itu kini meruntuk dalam hati karena dirinya belum sempat mengucapkan terima kasih kala menyadari eksistensi orang itu sudah menghilang sejak Reha dipindahkan ke brankar tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter As a Medicine [SELESAI]
Teen Fiction• Spin off Ketos Vs Sekretaris OSIS • Bisa dibaca terpisah ____ Hanya kisah picisan tentang Vino Bramantio yang menyukai seorang gadis. Ireha Zafira. Gadis manis yang sengaja dia temui di toko kue Zafiracake dengan dalih sebagai customer. Anehnya, R...