Part 24 - Beautiful Smile
****Senin kemarin, ada satu momen yang bikin Reha lagi-lagi ingin meruntuki diri sendiri karena selama ini malah memutuskan untuk bersikap buruk. Sebenarnya biasa aja sih menurut orang lain, tapi bagi gadis itu sangat menyentuh sampai ia tidak bisa menahan air matanya.
Di mulai ketika ia turun dari bus. Reha sudah mengeratkan genggamannya pada tali tas saat memasuki gerbang sekolah. Perlahan menghentikan langkah di ambang pintu kelas X IPS-5 dengan perasaan campur aduk. Gugup, khawatir, juga takut sudah mengiringinya sejak semalam.
Sedikit menarik napas dan menghembuskannya pelan, Reha menatap pintu kelas yang masih tertutup rapat. Meyakinkan diri bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja, juga menjauhkan pikiran negatif yang sempat menghantuinya.
"Lo udah mutusin mau ganti mindset, gak masalah. Pasti mereka ngerti alasan--"
Monolog Reha terhenti begitu saja saat pintu kelasnya tiba-tiba terbuka. Gadis itu merapatkan bibir, lalu memeriksa jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya.
Ah, ternyata sudah pukul tujuh lewat tiga menit. Pantas saja teman-temannya sudah ramai di dalam kelas. Tapi Reha agak termundur kecil, merasa terhakimi karena semuanya berkerumun di dekat pintu seolah menunggu kedatangannya.
Reha tampak ragu-ragu mengangkat tangan setinggi bahu, menyapa canggung. "H-hai?"
Aduh, kenapa Reha malah kayak orang bego. Itu nyapa apa nanya?
Belum ada yang membuka suara. Suasana hening, sampai Cemara yang terlihat menyandarkan kepalanya pada pintu sambil bersedekap tiba-tiba nyeletuk.
"Hai? Kok nadanya kayak nanya gitu, Re? Hahaha, kayak siswi baru aja." Cemara maju, lalu merangkul akrab gadis itu dan membuatnya tertunduk malu. Tambah canggung sudah.
"Lah, diem-diem bae. Sambut dulu elah. Katanya X IPS-5 itu solid," sindirnya, menatap teman-teman kelas yang terlihat saling memberi kode.
Reha menunduk sendu. Seakan terlempar ke masa lalu, gadis itu mengingat masa SMP-nya dulu. Di saat ia sekarat dan harus bolak balik rumah sakit akibat ginjalnya yang tinggal satu, tidak ada satu pun yang berniat berteman dengannya. Semuanya menjauh, mengasingkan keberadaan Reha.
Mata Reha menyayu kini, hendak melepas rangkulan Cemara karena merasa kecil dan tidak seharusnya mengharapkan pertemanan yang tidak palsu. Sama seperti di masa lalu, murid di kelasnya sekarang pun tidak ingin berteman dengannya.
Menggigit bibir bawahnya, Reha berusaha tegar untuk menerima kenyataan. "Eung--"
"Welcome, Reha!" seru semuanya serempak setelah saling kode-kode mata untuk memutuskan siapa yang duluan bersuara.
"Nah, mantul."
Sementara itu, Reha membulatkan mata mendengarnya. Dia mengangkat dagu, menatap haru teman-temannya yang masih berdiri di depannya belum juga beranjak. Mereka tersenyum ramah. Ada yang melambai-lambai kecil padanya, tertawa riang merasa gemas sendiri, hingga lompat-lompat kecil di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter As a Medicine [SELESAI]
Teen Fiction• Spin off Ketos Vs Sekretaris OSIS • Bisa dibaca terpisah ____ Hanya kisah picisan tentang Vino Bramantio yang menyukai seorang gadis. Ireha Zafira. Gadis manis yang sengaja dia temui di toko kue Zafiracake dengan dalih sebagai customer. Anehnya, R...