Happy reading ∠( ᐛ 」∠)_
Setelah berpikir, Ariana yakin bahwa dia benar-benar mengulang waktu untuk ke empat kalinya. Untuk hal-hal misterius seperti itu ia tidak ambil pusing. Sekarang tujuannya adalah untuk menghindari benang kematian tragis seperti dibakar hidup-hidup atau kemungkinan lainnya.
Setidaknya ia ingin mati setelah benar-benar tua dan tidak bisa melakukan apa-apa.
Sudah empat hari dia dikamar. Menghabiskan waktu untuk membaca buku dan memakan dessert yang disiapkan.
Kemarin, Mola benar-benar menyiapkan makanan layak untuk seorang putri. Dulu, jika dia makan di kamar akan disajikan bubur gandum basi yang sangat sedikit. Itu tidak lebih dari sekedar penyiksaan.
Untuk hari-hari biasanya, setiap pagi akan ada salam kepada duke atau menyapa kedua kakaknya. Setelahnya, dia belajar beberapa hal dan berbuat onar untuk menarik perhatian mereka. Selalu mengacau di sana, mengacau di sini, dimana-mana.
Sekarang, dia akan mengubah pola pikirnya. Ariana akan hidup dan mati untuk dirinya sendiri tidak ada ruang untuk mereka, apalagi orang-orang berhati dingin sekejam iblis.
Hal utama untuk menghindari mati muda adalah dengan melarikan diri dari neraka ber-iblis (mansion tempat tinggal duke dan putra-putranya). Tidak mungkin jika ia pergi sekarang. Usianya masih belum menginjak sepuluh tahun dan dia juga masih belum memiliki uang untuk biaya hidup. Untuk sementara, Ariana akan menikmati hidup mewah sambil memikirkan bisnis nya dikemudian hari. Sebelum hidup sederhana di pelosok benua, setidaknya dia harus diam diri dan mencicipi nikmatnya hidup sebagai bangsawan. Kadang-kadang rebahan juga perlu, 'kan?
Saat itu, Ariana 'dulu' tidak melakukan hal-hal yang menguntungkannya. Kehidupan tidak berguna seperti itu, sebisa mungkin harus Ariana hindari. Jika memungkinkan ia akan mengasah kemampuannya dalam bidang bela diri, memanah, serta bertahan untuk menjalani kehidupan primitif yang jauh dari duke dan kawanannya. Ia juga berencana untuk menyembunyikan kemampuan apapun kepada keluarga duke. Ia akan menjadi nona muda polos dan lemah juga akan berhenti membuat kegaduhan.
"Nona, ini Mola. Bolehkah saya masuk?" Ketukan pintu diiringi suara seseorang membangunkannya dari lamunan.
"Ya." Ariana kecil menjawab tanpa menengok, membiarkan matanya dimanjakan oleh gemerlap bintang dan wajahnya yang tersapu angin malam. Mola masuk membawa sesuatu di tangannya. Meletakkan benda itu di atas nakas, membereskan ranjang nonanya dan mengambil gaun tidur.
"Anda tidak boleh membuka jendela saat malam hari, jika tidak itu akan membuat masuk angin, nona." katanya menutup jendela. Mengangkat sang nona untuk berganti pakaian. Ariana masih diam.
"Saya... saya sungguh minta maaf dengan semua perlakuan saya dahulu." katanya. Api lentera di samping mereka bergerak-gerak. Netra biru milik Ariana menatap Mola dengan pandangan kosong. Tak lama setelah itu mengangguk, tidak menganggap serius ucapan pelayannya.
"Selamat tidur, Nona." katanya mengatur lentera itu agar tidak terlalu terang. Sebelum keluar, dia menatap Ariana dengan tersenyum.
Ariana hanya memandang tanpa bereaksi. Wajahnya sangat tidak mendukung untuk tersenyum. Akhir-akhir ini, ia tidak bisa tersenyum sama sekali seolah sudut bibirnya tidak elastis. Wajahnya selalu kaku. Ariana tidak peduli, ia sudah memutuskan untuk menutup hatinya kepada mereka. Seumur hidupnya, ia hidup sendirian. Tidak ada salahnya jika ia melakukan itu sekali lagi. Matanya terpejam sambil menghitung bintang dalam pikirannya. Setelah pasir dalam jam sepenuhnya tumpah, ia terlelap dalam alam mimpi.
___
"Apa yang dilakukan anak itu setelah jatuh dari atas pohon?"
"Yang anda maksud adalah nona Ariana, tuan duke?" Kepala pelayan bertanya pelan saat menyerahkan beberapa kertas berisi jurnal. Duke Cresius tetap diam, kakek kepala pelayan mengusap keringat di dahinya sebelum mengatakan sesuatu. "A-h itu, nona muda hanya berdiam di kamar meskipun festival belum berakhir."
Duke mengangguk. Festival Dyn adalah pekan raya untuk merayakan keberhasilan raja pertama dalam menaklukan dan mengusir para dwarf yang menjadi penjajah dan teror bagi warga pada masanya. Perayaan itu dilakukan dua belas hari penuh, banyak pertunjukkan di sana. Begitu pula para pedagang yang menjajakan dagangannya. Tahun-tahun sebelumnya, anak itu mempunyai banyak hal untuk diceritakan kepadanya saat setelah pulang dari sana. Sekarang dia hanya mendekam di kamar saja?
"Nona muda juga meminjam beberapa buku dari perpustakaan." Kakek kepala pelayan menambahkan. Alis indah duke menukik tajam, tangannya menyugar rambut berwarna merah dan bersender di kursi kerjanya. Jarang-jarang anak seusianya membaca buku, pembelajaran akan dimulai saat seseorang sudah berusia sepuluh tahun. Para bangsawan memulainya dengan pelatihan etiket saat berumur tujuh tahun. Anak itu, masih kesulitan dalam etiket karena terlalu banyak yang harus dihafal. Lebih mengherankan dia mengambil beberapa buku di perpustakaan. Dan membaca buku? Apakah dia mengerti dengan semua tulisan di dalamnya?
Masih dengan pikiran rumit, seseorang mengetuk pintu. "Masuk!" Duke berkata dengan tegas. Mengenyahkan pikiran tentang gadis tidak berguna itu.
"Saya mohon undur diri," Pria beruban itu merangkap tangannya di depan dada dan membungkuk setelah duke memberinya isyarat untuk keluar.
"Salam tuan duke, semoga api kesejahteraan selalu menyala." katanya, "Ada beberapa masalah untuk daerah bagian selatan, beberapa ksatria terluka cukup parah karena beberapa monster yang kerap kali datang dengan bergerombol. Bahkan, para ksatria regu empat menemukan monster jenis baru memiliki kekuatan sihir yang cukup kuat." tuturnya. Duke mengusap wajah lelah. Kadang, dia heran dengan kaisar yang selalu menugaskan masalah cukup sulit untuk ditangani kepada dirinya. Dia pikir duke tidak ada kerjaan lain.
"Kirim beberapa senjata lagi, rawat orang yang terluka bila perlu tambah tenaga medis di sana. Setelah itu, aku akan melakukan observasi untuk meneliti jenis monsternya." Duke membereskan berkas yang sudah di tangani, beralih kepada berkas di sampingnya yang menggunung. Sepertinya hari ini dia harus kerja lembur.
"Lakukan persiapan sesegera mungkin!" Pria yang berlutut itu pergi setelah mengucapkan salam. Pintu tertutup, suara duke kembali mendominasi ruangan itu. "Rafier, bereskan berkas ini. Lakukan dengan benar!" katanya melenggang pergi. Skretaris duke hanya mengiyakan dengan sopan. Ia meringis, selamat datang malam yang disambut dengan banyaknya tugas.
^^^^^^
Pagi-pagi sekali Ariana sudah bangun. Diam-diam ia pergi menyelinap menuju lapangan tempat para kstaria Angin hitam latihan. Untuk ksatria dibawah naungan duke Cresius dibagi menjadi empat bagian, pasukan Naga api, bayangan, pasukan Bala Sona, dan Angin hitam. Ariana lebih memilih lapangan angin hitam karena lapangan itu terletak tidak jauh dari kamarnya. Itu juga tempat yang jauh dari bangunan utama, jadi tidak akan ada yang memperhatikannya. Walaupun sekarang masih petang, mungkin saja ada patroli dan mereka menemukan dirinya yang sudah keluar kamar pagi-pagi.
Tubuh mungilnya bergerak, melakukan peregangan. Karena ia jarang diberi makan yang sesuai oleh pelayannya ditambah malnutrisi parah saat masih kecil, sekarang tubuh Ariana lebih kecil daripada orang-orang seumurannya. Sebagai pembukaan dalam latihan, kali ini Ariana hanya akan melakukan beberapa gerakan untuk meningkatkan staminanya.
Gadis kecil itu berlari mengelilingi lapangan luas. Baru empat putaran, ia berhenti dengan nafas tersengal. Sepertinya latihan ini cukup sampai disini, tubuh kecilnya masih sangat lemah untuk melakukan olahraga berat.
Ia menggosok leher yang basah karena keringat, akan lebih baik jika dia kembali sekarang, dan berpura-pura tidur sebelum Mola datang. Tangannya menarik tali yang terulur dari jendela diatas, depan kamarnya. Pegangannya pada tali panjang bertambah erat, siap untuk naik.
Langkah awal untuk menjadi kuat, sukses.
KAMU SEDANG MEMBACA
worthless daughter
Fantasy[COMPLETED] Aku berharap semuanya berjalan sesuai dengan tujuan awalku untuk mengisi kekosongan dalam ruh dan jiwaku. [Bukan novel terjemahan] Start :14 Agustus 2021 Finish:15 Oktober 2021 Prekuel, start : 31 Oktober 2021 Finish : _