(2)

4.7K 774 6
                                    

Tangan seseorang bergerak teratur, begitu juga tubuhnya untuk menghindari serangan. Beberapa kali ia meluncurkan serangan balasan menggunakan sihir ataupun kemampuannya. Matahari sudah melewati puncaknya. Membuat sinar panas menyorot wajah dari arah barat.

Pria itu menggeram, kapan ini selesai? Saat dia bangun di atas pohon para binatang buas ini sudah menunggunya di bawah. Duke tidur hanya dua jam. Semalam dirinya dikepung oleh beberapa binatang buas dan sekarang masih berlanjut. Sial, siapa yang menargetkannya. Kira-kira sudah lebih dari enam jam ia bertarung sendirian dengan banyaknya binatang ini. Bahkan, diantaranya ada beberapa monster yang sudah mengalami evolusi.

Sekarang, dia dihadapkan dengan beberapa Fenrir. Duke jadi mengenang masa lalu. Dulu juga dia dihadang oleh bedebah ini saat dalam perjalanan pulang dan berakhir ia yang kalah. Pria itu masih menyimpan dendam dengan sesepuh serigala ini. Tangannya dengan brutal membunuh beberapa Fenrir. Binatang itu tidak mau menyerah dan membangkitkan semangat juang hidupnya, mulai melawan duke.

Nafas duke memburu, dia sudah agak lelah. Tangannya masih memegang kepala binatang itu.

Sampai ada seorang gadis kecil yang tiba-tiba datang entah darimana. Energi sihirnya benar-benar tidak bisa diremehkan. Duke tidak tau mengapa tapi saat melihat bocah itu ada perasaan berdesir dalam hatinya.

Duke terkejut saat melihat wanita aneh yang sedang dicari menampakkan dirinya sendiri. Tangan duke mengepal kuat.

"Relase!"

Penyihir itu menggumamkan sesuatu. Duke melirik bocah kecil di sampingnya yang terlihat seperti sedang menanti-nanti. Gadis itu tersenyum. Matanya membulat sempurna karena dia benar-benar mirip dengan seseorang.

"Hai tuan, harusnya kau sisakan satu lagi untukku."

Sekarang duke bertambah yakin karena cara bicara anak ini sangat mirip dengan gadis kecilnya, Ariana.

Ia menggeleng mengenyahkan pikiran aneh itu. Ariana tidak mungkin ada di tempat berbahaya seperti ini. Dia hanya gadis lemah dan lugu yang tidak bisa menggunakan sihir.

"Urus saja yang sekarang." katanya mengangkat pedang. Duke tidak mau lagi dibodohi dengan perkiraannya yang terkesan dipaksakan. Sekarang, ia harus fokus pada beberapa siluman ini. Tangannya mulai bergerak membentuk kotak api berwarna biru. Itu menempel pada pedangnya. Sayang sekali, tenaga duke sudah berkurang. Fenrir satu ini sangat berbeda levelnya dengan yang tadi. Ia tidak bisa menggunakan sihir pertahanan karena posisinya sedang terpojok.

"Awas~" Suara anak itu terdengar di telinga duke. Tangannya tergelincir karena terkejut. Dia minggir untuk menghindar. Matanya menangkap pergerakan gadis di sana yang sangat lincah.

Sihir anak ini sangat banyak berbeda dengan tubuhnya yang masih kecil. Beberapa Fenrir langsung dihabisinya begitu saja.

Duke menatap penyihir tua di sana yang sedang tersenyum. Tak lama tanah bergetar membuat duke limbung, matanya melirik seorang gadis kecil di sampingnya, penasaran. Sepersekian detik wajahnya beralih kedepan. Sebuah raksasa batu terbentuk di sana.

Mereka menyerang bersamaan. Sepuluh menit berlalu tapi masih tidak ada perubahan. Hanya menciptakan luka di beberapa bagian tubuh gadis kecil itu. Raksasa tanah itu memekik keras hendak menginjak tubuh mungil anak kecil di sampingnya. Gadis itu sedang tidur terlentang karena kepalanya berputar terbentur pohon. Duke melesat, memindahkan Ariana ke tempat aman sebelum kaki golem itu benar-benar mendarat.

Ia tidak tau mengapa, tapi tubuhnya bergerak secara refleks. Anak ini memiliki tubuh sekecil Ariana. Ah... duke lagi-lagi kepikiran. Ia langsung melesat dari sana menubruk golem itu bertubi-tubi sambil mengalihkan pikiran. Ia frustasi karena selalu memikirkan anaknya.

Pada akhirnya gadis itu juga yang mengalahkan makhluk buatan penyihir jelek.

Rasa penasaran pria itu semakin menjadi-jadi saat gadis kecil di sana mengalahkan wanita bertubuh setengah tulang itu. Duke melihat wajah anak kecil bersurai coklat, ia seperti menikmati dalam menyiksa penyihir itu.

>>>

Beberapa kejadian membuat duke tidak habis pikir. Bagaimana mungkin anak ini benar-benar mengorbankan dirinya hanya untuk menolong seorang teman. Padahal duke melihat sihirnya sudah menipis. Ia juga sempat terkejut karena ternyata teman yang gadis itu maksud adalah Dhes, si anak raja yang menyebalkan. Dan pria seusia Dhes yang sekarat adalah anak seorang bangsawan yang sangat dikenalnya.

Gadis kecil itu mengerang. Duke terlihat khawatir dan mulai menyentuh pundak kecilnya, menyalurkan energi sihir. Tapi itu tidak berhasil karena sihir duke dan gadis ini bertolak belakang.

"Ada apa Daisy? Hei hentikan itu!" Dhes bertanya melihat temannya menyeka darah di mulut. Dia tetap memberikan sedikit sihir penyembuh. "Kubilang hentikan!" Dhes berteriak.

Duke mengangguk dengan wajah berkeringat dan menyentuh rambut coklat Ariana yang perlahan memudar, mulai berubah warna.

"Sudahi saja itu atau kau akan mati!" katanya pelan. Mengapa ia merasa sakit hati saat melihat anak ini terluka.

Duke melihat tangan gadis ini mulai mengendur, bersamaan dengan itu tubuh kecilnya ambruk. Sihir penyamaran pun tidak lagi melekat pada dirinya. Rambut merah muda dan netra biru terlihat. Sebelum gadis itu sepenuhnya menutup mata, tangannya menyentuh pelan wajah panik Duke.

"A-Ariana? Ariana!!"

Ia kelabakan, tidak menyangka bahwa anak kecil yang bertarung bersamanya adalah anak bungsu yang selama ini sudah ia cari. Jika tahu begini, ia tidak akan membiarkannya.

Dhes terlihat bingung. Duke mengangkat tubuh Ariana dengan wajah hampir menangis. Gadis itu itu tidak bergerak. Lingkaran sihir mulai terbentuk.

"Tung--" Dhes berteriak saat pria itu mulai beranjak. Tapi telat, karena duke sudah lenyap dari sana meninggalkan mereka berdua. Remaja itu menghela napas lalu menepuk pelan pipi temannya. "Oy, Javas. Ayo bangun! Astaga apakah aku harus membawa tubuh beratmu menuju benteng di atas sana? Oh tidak..." katanya menghela napas. Tangan Dhes bergerak sambil menekan bagian belakang kepala temannya yang masih tertutup daun obat agar tidak lepas. Ia membuka teleportasi dan pergi dari sana. Setelah meletakkan tubuh temannya, ia kembali lagi ke tempat semula dan mulai membuka lingkaran teleportasi membawa serta tubuh penyihir setengah tulang yang sedang pingsan itu dan lenyap dari sana.

)()(

Hari sabtu triple up, karena saya gabut.

Jomblo pasti paham.

Ada masukkan tentang tokoh di sini? Saya tetep tunggu biarpun kalian nggak ada niatan buat ngasih saran. Sebentar lagi, book ini tamat. 'Sebentar lagi.' Bukan 'pengen tamat'.

Sampai disini, kalian lebih suka sama duke, Avien, Gyren, atau SAYA? ┬─┬ノ(ಠ_ಠノ)

-Ngarep banget disukain, ngode gebetan aja dia nggak peka- NASEB

Happy weekend.

Liburan singkat ini tidak perlu jalan-jalan. Cukup ada kipas dengan selimut dan baterai full. Buka hp baca cerita saya
/(=⌒x⌒=)\ jangan lupa mampir dilapak saya yang satunya, genre fantasi juga. Oke bye /ngambil selimut, tidur

worthless daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang