Ini benar-benar mendebarkan.

5.9K 864 14
                                    

Sudah lebih dari satu hari mereka berjalan. Pria kecil itu tidak tahu dengan tujuan Ariana karena gadis ini hanya bertarung, bertarung dan bertarung. Seperti tidak ada kegiatan lain. Kecuali makan, tentu saja.

"Nah... omong-omong siapa namamu?" Pria itu melempar buah di genggamannya, mulai turun dari atas pohon. Ariana menerima lalu menggosok buah dengan tangan sebelum memakan dengan tenang.

"Apa urusanmu?" Dia melenggang pergi dengan acuh. Mulutnya masih mengunyah buah segar dan manis tanpa mengucapkan terima kasih.

"Hanya ingin tahu karena kau sudah menolongku."

Ariana menautkan alis, "Daisy." katanya melanjutkan.

"Ya? Oh... aku Dhes."

Gadis itu berhenti mengunyah dan menghentikan langkah, mengangkat satu alis. "Apapun itu aku tidak menanyakannya."

Dhes mencebik. "Berhubung huruf depan namaku dan milikmu sama, atas perlakuan kasarmu itu akan kumaafkan." Matanya menyisir sekitar, sudah satu hari satu malam. Padahal, dia sedang ditugaskan kesini untuk membantu seseorang dalam observasi sekaligus belajar kekuatan sihir tempurnya. Tapi, mereka terpisah. Itu karena salahnya sendiri tak mendengarkan perkataan dan mulai bertingkah seenaknya. Sekarang, dia tidak tahu pria berambut merah (temannya) itu ada dimana.

Setelah menjelajahi tempat ini sebentar, Ariana menemukan banyak monster tingkat menengah dan tingkat rendah. Sekarang, energi sihir dan aura miliknya sudah benar-benar terasah. Walaupun masih ada beberapa monster yang susah diurus dan mendapatkan beberapa luka, Ariana bisa melakukannya.

Langkahnya terhenti saat melihat seseorang tergeletak tak jauh dari sana. Gadis kecil itu bergegas pergi untuk melihat begitu juga dengan Dhes yang mengikut ke belakang. "Hey!! Ada apa?" tanyanya.

Gadis itu melirik baju besi milik pria seukuran Dhes. Di sana ada surat yang di sembunyikan. Tangannya mulai mengambil dari balik baju besi yang keras.

"Para monster itu dikendalikan oleh seseorang. Ada banyak monster yang memiliki kristal di kepalanya, diduga sebagai alat pengendalian." 

Ariana mengernyit. Apakah orang ini penerima surat atau pengirim.

"Oy Dhes!! Kau baca ini." Ariana melirik remaja di sampingnya yang sedang meneliti sesuatu dengan wajah rumit. "Apa kau mendengarku?" Gadis itu menepuk bahu dengan keras.

"E-- ya?" tanyanya kelabakan.

"Dia... temanmu?"

Dhes melirik tangan anak kecil di samping. Mengambil kertas dari sana sebelum mengangguk, "Umm salah satu temanku. Oh apakah monster-monster yang kita temui itu benar-benar dikendalikan oleh seseorang?"

Ariana mengangguk setelah memeriksa pernafasan orang di depannya. Itu tidak teratur. "Sepertinya~ mungkin ada penyihir hitam yang mencoba menguasai wilayah ini. Dari yang kuketahui hanya penyihir tingkat tinggi saja yang dapat mengendalikannya. Nah, satu lagi.... temanmu dalam keadaan kritis, ada beberapa luka di belakang kepalanya." katanya sambil melakukan pertolongan pertama.

"Wow, kau tahu banyak!"

Ariana berjalan dari sana menuju utara, radius sebelas meter tangannya mengambil sigap beberapa tanaman yang diperlukan. Kakinya kembali melangkah menuju tempat mereka, "Ada satu lagi yang kurang. Tumbuhan di sini tidak ada yang bagus, rata-rata beracun dan tidak bisa digunakan untuk obat. Akan kucari sebentar. Sebelum itu kau panaskan ini saja. Setelah itu beri dia air dan salurkan energi sihirmu padanya." Ariana melempar dan berjalan pergi. Ia bertaruh bahwa tidak akan mudah untuk mencari tanaman holsv karena sulit untuk ditemukan.

worthless daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang