family time

10.1K 1.5K 25
                                    

Sekarang, masih musim libur. Akademi ditutup karena libur panjang, walaupun ada beberapa siswa yang tidak pulang dan menetap di asrama. Begitu juga Gyren, sekarang sudah tahun terakhirnya untuk belajar disana. Usianya menginjak empat belas tahun dan beberapa bulan lagi, dia akan lulus.

Saat ini dia sedang berada di pasar untuk berjalan-jalan. Akhir-akhir ini jalang kecil itu semakin berubah tindakannya. Tidak ada lagi, Ariana si gadis cengeng, bodoh, nakal, manja, dan keras kepala. Semua perilakunya terlalu sempurna dan sangat anggun untuk usia kecil gadis itu, bahkan untuk pelajaran dansa, ia hanya belajar selama satu minggu dan menguasainya. Begitu juga pelajaran yang lain, etiket tingkat tinggi juga selalu ia terapkan tanpa celah sedikitpun.

Jika gadis kecil itu mencoba menarik perhatian mereka bertiga, maka ia berhasil. Duke, Avien, dan Gyren selalu bergilir untuk memata-matai Ariana. Walaupun segala kegiatannya dibawah pengawasan kepala pelayan, tapi mereka ingin melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri.

Gyren menoleh saat mereka memasuki sebuah gang. Kepalanya dimiringkan, kerutan di dahi terlihat jelas bertanda keheranan. Sedang apa mereka berada di gang kumuh itu?

"Nona, setelah ini anda akan pergi kemana lagi?" Mola bertanya ketika membagikan roti isi itu kepada beberapa gelandangan. Ariana menatap, wajahnya yang memang tanpa ekspresi ditambah kulit pucat dan wajah imutnya membuat Ariana seperti boneka hidup.

Ariana, gadis itu memutuskan untuk berbuat baik saat dia masih ada di dunia ini. Mungkin saja tuhan berbaik hati untuk memutus tali reinkarnasi yang tidak ada habisnya. Ia sudah lelah dengan kehidupannya selama ini. Mengalami empat kehidupan yang sia-sia. Kalaupun ia mati sekarang karena di culik bandit juga tidak apa-apa. Ia rela, setidaknya di kehidupan ini menjadi kehidupan terakhirnya. Ariana benar-benar lelah.

"Lanjutkan saja, bagikan semua roti di wadah itu untuk siapapun." katanya. Mola senang karena nonanya berubah menjadi lebih dewasa dan baik hati. Dia seperti malaikat yang turun dari surga.

"Baik." Mereka melanjutkan aksi berbaginya. Hari menjelang sore, tapi Ariana tidak mau pulang ke mansion. Ia muak dengan tempat itu. Muak dengan semua orang-orang di sana.

Seperti biasa Ariana tidak mempunyai pengawal atau pelayan lainnya untuk kebutuhan sehari-hari atau penjagaan di luar rumah. Hanya ada Mola, Mola dan Mola. Padahal jumlah pelayan dan ksatria bejibun banyaknya sampai tak terhitung. Tapi sepertinya, duke tidak sudi untuk memberinya perlindungan lebih.

"Kita kerumahmu saja!" Ariana menatap Mola.

"Ta-tapi..."

"Kalau begitu ayo jalan!" Ariana berjalan mendahului dan memotong kalimat pelayannya. Mola hanya bisa pasrah dan menurut.
Mereka sampai di tempat. Itu rumah yang sangat sederhana. Qiv dan Fegi menatap berbinar saat mereka berdua datang. Awalnya mereka takut dan gemetar. Tapi, saat sang nona berkata cukup biasa tanpa keformalan mereka bersemangat dan menuntun Ariana masuk.

"Kalian sudah makan?" Ariana bertanya, sedangkan Mola meletakkan barang bawaan di lantai dan menggendong Fegi. Melepas kerinduannya.

Qiv mengangguk. Ariana mendekati Mola menanyakan belanjaannya.

"Apa yang akan anda lakukan? Biarkan saya yang mengerjakannya." Mola berkata penuh perhatian menurunkan Fegi di gendongannya. Membawa beberapa kantong yang penuh dengan bahan makanan dan meletakkannya di dapur tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Hanya membuat makanan manis untuk memperbaiki suasana hati." katanya melenggang ke dapur. Dulu, dia pernah membuat beberapa kue dengan teman asramanya di akademi. Dengan arahan teman sekamarnya yang bukan bangsawan, dia bisa membuat kue pai dan mendapat rasa yang sedap dalam sekali coba. Ariana juga belajar memasak makanan lain, bukan hanya kue.

worthless daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang