Kissed

7.6K 1K 16
                                    

Matahari baru saja menyingsing memberikan sinar hangat pagi. Ariana bangun sambil menguap pelan. Ia menatap perban ditangan dan mengusap luka di wajahnya, ini masih sedikit sakit. Matanya menatap heran karena mansion duke sangat sepi tidak seperti biasanya. Ia turun dari ranjang hendak membuka jendela, hari ini benar-benar ganjil. Biasanya Mola akan membuka jendela saat matahari mulai menampakkan dirinya. Tapi sekarang, dia tidak melakukan itu.

Ia menatap sekeliling melihat ada sesuatu yang salah. Ini bukan kamarnya! Seingat Ariana jendela kamarnya ada di sebelah kiri ujung. Tapi sekarang, tempat itu ada di tengah-tengah. Ia melihat beberapa bingkai dan lukisan di dinding, setahunya tidak ada hiasan maupun lukisan di dinding kamarnya, warna cat juga berbeda. Ia menatap sekeliling, ini bukan kamar miliknya!

Ariana mengingat-ingat. Benar, semalam kamarnya rusak parah apalagi pintunya. Dia pasti di pindahkan ke kamar lain. Ia menuju jendela dan membukanya. Di bawah sana ada duke dan beberapa pelayan ditambah kedua remaja pria yang berbeda satu tahun usianya, itu Avien dan Gyren.

Mereka memakai pakaian formal yang mirip. Walaupun ada beberapa corak yang berbeda. Cleo berdiri di samping Avien dengan patuh.

Ariana berlari. Menuruni tangga dengan kaki kecilnya. Dia bertanya-tanya mereka akan kemana?

"Kakak!!"

Ariana menuju tempat Avien. Tangannya diletakkan di lutut sebagai tumpuan untuk jongkok. Ia menatap Avien dengan pandangan bertanya, "Kakak... ingin pergi kemana?"

Mereka bertiga terkejut dengan kehadiran gadis kecil yang masih memakai piyama itu. Duke mengelus kepala Ariana, "Mereka akan pergi sekolah."

Gadis itu memiringkan kepalanya. Jika benar begitu, maka mereka akan tinggal di asrama dan menetap disana sampai musim libur datang. Mereka pergi membawa serta Cleo? Jadi, dia tidak akan pernah bertemu dengan anjing besar itu lagi?

Ariana murung menurunkan pandangan. Avien menatap gadis itu dengan tersenyum. Mencubit pipi chubby adiknya membuat Ariana mengaduh pelan. "Jangan khawatir, adikku. Saat liburan datang aku akan bermain denganmu sampai puas. Janji kelingking?"

Ariana mengangguk, menautkan jari kelingkingnya.

Gyren menatap Ariana di depan sebelah kirinya dengan muram. Ia tidak bisa melakukan hal yang sama dengan Avien kepada adik kecilnya. Ia masih khawatir Ariana akan takut melihat wajahnya. Ia khawatir Ariana marah padanya.

Gadis kecil itu memeluk Avien membuatnya terkejut. Avien menepuk punggung kecil Ariana dengan senyum mengembang. Ariana merasa sedih karena Avien akan pergi. Padahal hubungan mereka sudah sangat dekat, kerap kali kedua orang itu bermain bersama di taman dengan membawa Cleo.

"Kakak hati-hati di sana. Ariana akan merindukanmu!" katanya dengan lesu. Lintasan air mata turun dari matanya sekali.

"Baik! Jaga dirimu baik-baik." Avien tidak tahu kenapa kali ini ia sangat berat untuk pergi. Padahal tahun-tahun sebelumnya ia tidak pernah merasa sedih karena tidak akan bertemu Ariana lagi dalam waktu lumayan lama.

Ariana mengangguk. Matanya yang berkaca-kaca beralih melihat Gyren. Pria itu mengalihkan pandangannya tidak tega melihat Ariana menangis. Ia terlalu ragu menatap Ariana. Lebih baik ia tidak bertemu lagi dengan Ariana berharap adik kecilnya tidak marah.

"Kak Gyren, tidak ingin memelukku?" katanya pelan. Ariana sebagai gadis dewasa mencoba memaklumi tindakan Gyren tadi malam. Mungkin bocah itu kehilangan kendali untuk sesaat.

Gyren menatap Ariana dengan pandangan tidak percaya. Ia langsung menubruk tubuh kecil adiknya. Mengelus rambut halus berwarna merah muda itu sambil bergumam. "Maaf Ariana. Maafkan aku untuk kemarin malam." Ariana mengangguk di sela pelukannya. Dia melepaskan dekapan itu. Gyren juga melepas dengan tidak rela. Bibirnya melengkung kebawah. Padahal dia tidak ingin cepat-cepat melepaskan.

worthless daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang