Asen

5.1K 824 14
                                    

Hiruk pikuk masyarakat kekaisaran selalu terjadi. Tingkat kemakmuran negeri ini berkembang pesat membuat tawa anak-anak dan orang tua merekah. Berbeda dengan seorang pria kecil yang sekarang sedang kesal dengan alis menukik tajam.

Makan malam baru saja dimulai, tapi ayahnya sudah mulai menjengkelkan. Ditambah ibunya ikut-ikutan memarahinya.

"Asen Gasvrail, apa kau mendengarku?"

"Ayah! Sudah berapa kali kau mengatakan itu? Aku juga ingin berpetualang tahu?"

Pria itu menusuk daging dipiring nya dengan keras. Selama waktu mengalir, barbeque ini semakin hambar karena desakan ayah dan ibunya.

"Halah, sudah berapa tahun kamu pergi dari kekaisaran ini?" Ratu mulai bersedekap sambil mengambil air mineral di gelasnya.

"Aku tidak menghitungnya." Pria kecil itu mengedikkan bahu. "Sekarang tolong diam karena aku ingin makan."

Arne mendecih. Biasanya juga anak ini selalu ribut jika sedang di meja makan.

Asen memandang kedua orang tuanya yang mulai bertukar suapan. Ia berpikir untuk menggoda pak tua itu sesekali, "Kapan Arne ingin lengser dari tahtanya?"

Pria bersurai putih itu melirik anaknya dengan garang. Lalu melihat wajah istrinya dengan memelas, "Za, lihat! Anak ini benar-benar menyebalkan." Wanita berambut hitam di sana tersenyum lembut lalu matanya beralih kepada sang suami. "Tenang saja sayang, aku akan membelamu."

Asen menatap malas, tangannya menggaruk tenggorokkan seolah ingin muntah. "Tidakkah kalian lihat ada seorang anak yang bahkan tidak tahu jodohnya berada di mana? Hentikan kelakuan konyol kalian ayah, ibu." katanya sebelum mengunyah. Alih-alih terlihat seperti keluarga kecil harmonis dengan anggota ayah, ibu, dan anak, mereka lebih terlihat seperti kakak beradik. Arne, penguasa dari kekaisaran matahari itu terlihat sangat muda dan sangat tidak cocok dengan usianya. Begitu juga dengan ratunya.

"Itu masalahnya, terima saja para anak bangsawan di sini sebagai kekasihmu."

"Tidak, ibu."

"Apa kau sudah ada calon?" Ayahnya menatap tidak percaya.

Asen mengangguk lesu membuat Arne dan istrinya terperangah. "Tapi sekarang dia pergi."

"Maksudmu dia sudah dipinang orang lain?"

Pria itu menggeleng, "Dia kabur dari rumahnya, dan aku tidak tau sekarang dia ada dimana... jadi izinkan aku untuk menetap sementara di sana untuk beberapa tahun kedepan."

Ratu mendelik tidak percaya, "Heh, memangnya mau kemana lagi kau?"

"Kerajaan Xomenoria."

"Untuk berjualan buku lagi?" Arne menjawab sarkas. Anaknya sangat malas sebagai putra mahkota. Walaupun dirinya tidak tahu kapan turun dari jabatannya sekarang, tapi setidaknya anak ini harus belajar hal-hal kecil dari sekarang. Seperti memperhatikan rakyat, contohnya. Willos menatap ayahnya dengan sengit. Aura permusuhan mulai memercik dari sana. Ratu memutar mata lelah dengan kedua kucing di istananya.

>>>

"Perden, ayo bantu aku!" Pengawal pribadi milik pria itu menatap tidak percaya kepada majikannya yang benar-benar kasar. Seluruh ksatria di bawah naungan kaisar dikumpulkan menjadi satu untuk mendapat bimbingan dalam latihan, tapi pangeran mulai memanggil namanya.

Perasaan Perden mulai tidak enak. Sebelum sang pangeran berkata seenaknya, ia menyela dengan mengangkat tangan. "Untuk saat ini saya tidak menerima keluhan anda yang mulia putra mahkota. Kaisar meminta saya hanya untuk mengawasi." katanya menekan mulut.

worthless daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang