Racun?

3.6K 614 24
                                    

Tidak hanya duke yang sibuk. Ariana juga sibuk dengan pekerjaannya. Bukan, bukan pekerjaan berat, tapi ini lebih dari sekedar berat. Setiap hari, ia belajar dengan countes Blion. Ditambah lagi, wanita itu sering memintanya untuk minum teh bersama di taman. Terkadang, countes mendatangi kamarnya sekedar untuk mengobrol dan berbincang ringan.

Ariana tidak tahu apa yang salah dengan wanita itu. Dia sendiri bingung dengan perubahan sikap countes Blion yang mendadak ramah. Mungkin karena Ariana adalah seorang anak kecil, atau memang dari awal countes tidak pernah membencinya. Gadis itu menggelengkan kepala karena tidak ingin membahas lebih lanjut hal yang memusingkan kepalanya.

Tidak ada kejadian menyenangkan akhir-akhir ini. Duke sibuk dengan kasus kematian mendadak di bagian barat, sedangkan dirinya terjerat dengan adik duke yang super galak.

Gadis itu tidak tahu ada kejutan besar menanti setelah hari ini berakhir.

Tok...tok...

Ariana melirik sebentar pintu besar di ujung ruangan. Dirinya sedang berada di jendela untuk menatap taman yang menghadap langsung ke kamarnya. Setelah dua suku kata keluar dari mulutnya, seseorang masuk sambil membawa sebuah kotak. "Nona, ada beberapa surat untuk anda."

Gadis itu mengangguk lalu meminta Lina untuk mengambilkan suratnya.

Tanpa tahu apapun, Lina menyerahkan sebuah surat yang memiliki bordir sedikit mewah dan wangi.

Ariana menerimanya dengan malas lalu dia terkejut.

"Apa ini... bukan dari Willos?" tanyanya. Setelah mereka berdua tidak bertemu, pria kecil itu memang selalu mengirim surat kepada Ariana hanya sekedar menanyakan kabar dan berbagai pertanyaan tidak penting lainnya.

Surat yang diberikan oleh anak itu juga hanya kertas biasa, tapi ini...

"Ya, saya pikir itu dari kerajaan." Lina tetap memegang kotak dengan berdiri teguh. Kernyitan di dahi gadis itu semakin jelas.

Cap dengan lambang singa berwarna emas adalah milik raja dan ratu. Namun, yang berada di tangan Ariana adalah surat berlambang sayap dengan mahkota kecil di tengahnya. Itu berarti milik Dhes, si putra mahkota menyebalkan.

"Letakkan saja lagi ini. Keluarkan surat yang lain!"

"Anda tidak akan membalasnya?"

Dia mengangguk.

"Anda tidak boleh seperti ini, Nona. Itu akan diang--"

"Ya akan kubalas nanti. Serahkan saja surat yang lain."

Gadis itu menguap kecil. Mengabaikan surat kerajaan saja sudah ditegur sedemikian rupa.

Kali ini, gadis itu menerima gulungan. Ada tulisan kecil di depannya, Avien. Buru-buru dia membuka dan membacanya.

Hello, kecil.

Apa kabarmu sekarang?

Aku sangat baik di sini. Hah... aku benar-benar rindu padamu. Bagaimanapun terhitung sudah beberapa minggu kita tidak bertemu. Lain kali, jika ada satu surat sihir, akan gunakan untuk mengirim surat itu untukmu. Jadi, aku bisa melihat wajah adik kecilku, rasanya aku tidak sabar untuk pulang.

Nah daripada itu, jangan lupa untuk membalas suratku.

Ariana terkikik dalam hati. Surat sihir ya... berarti dia dan Avien akan berbincang tatap muka di balik kertas. Cukup menyenangkan jika memang ada.

Lina mengambilkan kertas dan pena. Ariana membalas surat itu satu persatu. Disaat senggang seperti ini, dia merindukan Cleo si anjing mistik.

Sesaat dia teringat Avien dan Gyren. Tangannya bergulir dengan cepat ketika personal maid itu keluar dari kamar.

worthless daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang