Avien

9.9K 1.3K 52
                                    

Setiap pagi seperti biasa, ia selalu melakukan latihan rutin. Beberapa hari terakhir, Ariana menambah jadwal latihannya. Lapangan Angin hitam selalu sepi setiap pagi, jadi ia akan leluasa melakukan apapun untuk latihannya. Saat ini Ariana tengah memegang pedang kayu kecil milik kakaknya saat mereka balita. Itu cukup berat. Padahal, Gyren dan Avien berlatih pedang saat usia empat tahun. Tapi, itu masih tetap berat di angkat olehnya yang sudah berusia delapan tahun. Mereka memang monster. Seluruh keluarga duke adalah monster.

Tak! Tak! Tak!

Ia mengayunkan pedang, memukul patung jerami di depannya. Targetnya saat ini adalah mengaplikasikan teknik tebasan pedang selama tiga ratus kali untuk menambah kekuatan otot pada tangannya.

"296... 297, 298... 299... 300. Hah...." Ariana melempar pedang dan terduduk. Ini masih kurang dibanding pelatihannya dulu. Sekarang, tubuh kecil itu tidak ada gunanya. Ia masih belum puas dengan pencapaiannya saat ini. Ia tidak bisa belajar sihir, kekuatan dan staminanya masih kurang, aura dalam tubuhnya belum stabil, Ariana merasa tidak berdaya memikirkan semua kekurangannya. Ia tidak akan bisa melawan keluarga duke jika mereka akan membunuhnya.

Ariana istirahat sejenak, mengambil napas panjang. Setelah lebih baik, ia mulai duduk dengan kaki ditekuk kemudian berdiri, mengambil ranting panjang tak jauh dari tempatnya. Ia akan mencoba menggunakan aura lagi. Kemarin-kemarin ia gagal dan aura ditubuhnya tidak keluar. Buku-buku tentang aura dan sihir yang ia dapat dari toko usang itu tidak berguna dan tidak membantunya sama sekali. Akhirnya, Ariana tidak pernah membaca itu lagi. Sebagai gantinya ia membaca buku-buku tentang bisnis dan politik, sejarah kekaisaran, sejarah keluarga duke dan semua yang berhubungan dengan itu. Setidaknya tidak ada hari-hari yang membosankan, kecuali melihat wajah para pencabut nyawanya.

"Ugh..." Ariana merintih saat gagal menyalurkan aura pada ranting itu. Sudah berkali-kali ia mencoba namun tetap gagal mengakibatkan kepalanya sakit seperti dihantam sesuatu. Sejak kejadian malam dimana ada penyusup, Ariana tidak bisa menggunakan aura. Itu menjadi masalah tersendiri dan sebagai persoalan yang sangat tidak bisa dimengerti oleh dirinya.

Tenaganya sudah cukup terkuras. Tubuhnya mulai lengket karena terlalu banyak berkeringat. Akhirnya, Ariana menyerah dan kembali ke kamarnya. Saat kakinya akan melangkah, suara seseorang memasuki indera telinganya. Ia memilih bergegas pergi takut ketahuan.

"Ariana!" Sial. Ia menengok ke sumber suara. Membalas dengan suara malas "Salam tuan muda kedua," Avien terkejut saat mendengarnya. Memang benar, minggu terakhir ini Ariana sering sekali memanggil mereka dengan panggilan formal bahkan tidak berbicara dengan bahasa informal kepada dirinya. Avien menatap lekat netra biru milik adik angkatnya itu. Sudah tiga tahun lebih, dia menjadi adik resminya, resmi keluarga duke.

Seolah tersihir, Avien tidak mengalihkan pandangannya. Tatapan kosong, itu yang terpantul di mata Ariana. Sesaat Avien merasa sedih. Apakah Ariana mulai menjaga jarak dengannya karena apa yang telah ia lakukan selama ini?

Memang benar Avien tidak suka dengan kehadiran Ariana yang tiba-tiba. Ia mulai menunjukkan ketidaksukaannya dengan melukai fisiknya. Saat anak kecil itu menunjukkan gambar dirinya, Avien langsung merobek kertas itu tanpa basa-basi. Membiarkan para pelayan menindasnya, menyuruh pelayan Mola untuk menggertak Ariana. Dan... tidak! Avien tidak ingat lagi sudah berapa kali dia melakukan. Terlalu banyak kejadian dalam tiga tahun terakhir.

Yang pasti, puncaknya saat Ariana, gadis itu pergi diam-diam dan memanjat pohon di depan kamarnya. Avien yang melihat itu mencoba menjahilinya, ia menggunakan sihir untuk mendorong Ariana dan jatuh dari atas pohon. Sejak kejadian itu, sesuatu telah berubah. Ariana sudah berubah. Tidak ada lagi tatapan hangat dari matanya. Sejenak Avien merasa bersalah, apa yang dilakukannya itu sudah keterlaluan. Terpikir untuk dirinya meminta maaf kepada gadis kurus itu. Tapi...

worthless daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang