merepotkan!

9.5K 1.3K 80
                                    

"Ayo panggil aku, kakak!" Avien tersenyum lebar dan mulai mengganggu adiknya. Sudah berkali-kali dia mengatakan itu membuat Ariana sebal sendiri.

"Kakak." katanya tanpa ekspresi menatap pria remaja di sampingnya.

"Lagi."

"Kakak!"

"Lagi...lagi."

"Kakak."

"Lagi... ayo lagi."

"Kakak. Aku pergi!" Ariana berdiri melemparkan pelukan pada anjing itu. Ia berkata dengan nada kesal. Cleo menggonggong saat Ariana melangkah.

"Kamu.. marah?" Anak kecil itu menatap dengan alis menukik. Tangan Avien menggenggam pergelangan tangan Ariana.

"Tidak! Mau bagaimanapun aku akan pergi dari sini." Ariana menundukan pandangan. Dia tidak sepenuhnya berbohong, dia akan pergi dari rumah besar yang tidak memberikannya kebahagiaan. Lagipula dia akan menghindari benang kematian apapun caranya. Tatapan matanya kembali kosong. Hal itu, membuat Avien terkejut dan cengkeramannya menjadi kuat dan kuat. Kemana perginya senyum manis si kecil itu?

"Ukh..." Ariana meringis. Sepertinya tanpa sadar, Avien menggunakan kekuatannya. Untuk seseorang seperti Ariana yang tidak memiliki akar sihir dan tidak mempelajari sihir, tentu akan merasa sakit.

"A-hah ma-maaf. Ariana..." Avien menunduk. Di pandangan Ariana ada sesuatu di atas kepalanya. Dia seperti seekor rusa. Lihat wajahnya, itu lucu! Ariana hampir tertawa. Apakah dia benar-benar iblis kejam si pencabut nyawanya?

"Ya! Aku akan pergi ke kamar. Hari sudah siang. Sebentar lagi ksatria tuan duke akan datang. Selamat tinggal," katanya melengos pergi. Bahunya berguncang karena menahan tawa.

Avien menatap punggung gadis kecil itu dengan tatapan rumit.

"Dia menangis? Sampai kapanpun aku akan melindunginya."

Ariana pergi. Jarak antara dirinya dan jendela kamar itu lumayan jauh, itu semua karena Cleo. Bahkan pedang kayu yang digunakan Ariana masih tergeletak di lapangan. Ia tidak mengambil atau menyimpannya, bisa gawat jika para pasukan itu datang dan melihat dirinya berkeliaran di sekitar tempat pelatihan. Ia tidak mau menarik perhatian duke.

"Nona! Anda darimana? Saya mencari-cari anda." Mola terduduk lemas. Lega karena nonanya sudah kembali.

"Aku hanya jalan-jalan menikmati udara pagi." katanya melangkah menuju kamar mandi. Padahal hari baru menjelang siang, tapi ia sudah lelah. Tangannya melepas piyama yang melekat di tubuhnya. Berendam di bak yang sudah tercampur bunga kesukaannya.

"Ayo, anda ada jadwal sarapan bersama dengan tuan." Mola heboh sendiri memilih gaun dan berbagai jepit rambut. Bingung untuk pilih yang mana.

"Anda lebih suka yang ini atau ini?"

"Apa saja yang tidak terlalu berat! Mungkin merah muda lebih baik daripada ungu." katanya memutar bola mata.

Matanya menatap tanpa daya, jika sudah seperti ini, Mola akan ribut sendiri karena tidak ada pelayan lain yang membantunya. Lagipula, kenapa dia harus repot-repot berdandan di depan mereka semua? Cukup dengan gaun ringan dan nyaman tidak berbelit-belit.

"Model rambut apa yang anda inginkan, nona?"

"Terserah saja!"

Mola mengangguk setelah penuh pertimbangan. Ia mulai mengepang bagian atas rambut Ariana yang berwarna merah muda. Bagian yang digerai di satukan dengan rambut kepangan. Sebagai sentuhan terakhir, ia menambahkan pita sedang berwarna hijau daun.

worthless daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang