Kecelakaan berujung salah paham

7.5K 1.1K 22
                                    

Triple up 〜( ̄△ ̄〜). Enjoy reading...

:)

"Hentikan itu! Cepat katakan padaku apa yang terjadi?" Ariana memutar bola mata. Penasaran dengan kondisinya.

"Apa kau pernah berlatih aura?" Raut wajah Willos berubah serius. Ariana mengangguk dengan cepat. "Aura milikmu sangat tidak stabil dan ada beberapa energi yang rusak menyebar tidak tentu arah. Sepertinya kau memaksa mengeluarkan aura itu walaupun selalu gagal menyebabkan mereka terpecah dan bergerombol di  'pohon' sihir secara abstrak, itu menjadi penyebab sihir menolak tubuhmu." Dahi Ariana mengkerut, berpikir keras. Ia masih tidak bisa mengerti dengan penjelasan itu. "Singkatnya, aura dan sihir yang kau punya mengalami pemberontakkan karena bentrok satu sama lain."

Ariana mengangguk, sekarang dia paham. Mungkin itu sebabnya, saat mengumpulkan bola sihir ke pohon sihir ia terpental. Mereka saling menolak.

"Aura dan sihir bisa digunakan bersamaan, tapi tidak bisa disatukan. Sekarang, perbaiki auramu dahulu, setelah itu kumpulkan energi sihir kedalam tubuh dan mulai belajar sihir."

"Caranya?" Ariana melihat Willos yang berjalan ke depan, membereskan buku yang jatuh.

"Cukup fokuskan otak kirimu untuk membawa beberapa aura dan mengembalikkan ke tempatnya. Ingat jangan menyebar aura di sekitar pohon sihir milikmu atau akan berakibat fatal. Sebelum kau benar-benar membereskan lingkaran aura jangan coba-coba menyerap energi sihir, oke?"

Ariana mengangguk paham lalu menuju kursi panjang tempat duduknya tadi. Kakinya disilangkan dan mulai memejamkan mata.

"Apa yang kau lakukan?"

"Tentu saja membereskan aura-ku." Ariana berkata tanpa membuka mata.

"Setidaknya pulanglah dulu dan gunakan rumahmu sendiri."

Ariana membuka matanya sebelah, "Mungkin saja aku melakukan kesalahan, jadi kau bisa membantu. Sudah diam, aku akan memulai." katanya kembali memejamkan mata mencoba berkonsentrasi.

Willos diam, memandangi gadis itu dengan sudut bibir terangkat. "Benar-benar gadis yang menarik!"

"Willos! Aku sudah selesai." Ini baru dua menit tapi dia sudah selesai? Secepat itu? Willos tidak habis pikir dengan Ariana. Tingkat konsentrasinya sangat tinggi. Ia penasaran apakah dia benar-benar menyelesaikan itu hanya dalam waktu kurang dari lima menit.

Willos menurunkan tangan yang memegang jubah miliknya.

"Bukankah ini sudah menjadi milikku?" Ariana bertanya cepat menarik jubah dari genggaman Willos. Pria itu menangkap pergelangan tangan milik Ariana, memejamkan matanya sebentar lalu membuka kembali sambil melepaskan cekalannya.

"Bukankah kau tidak mau?"

"Tapi kau sudah memberikannya padaku. Sesuatu yang sudah diberikan tidak boleh diambil kembali. Nanti lututmu hilang!" Ariana melipat jubah itu dan meletakkannya ke dalam tas kecil. Ia pikir, mungkin jubah ini bisa digunakan saat ingin menyelinap keluar. Walaupun agak besar tapi itu masih bisa digunakan, lumayan untuk menghemat uang jajannya.

Willos terkikik, bagaimana mungkin lutut bisa hilang apalagi dengan alasan konyol seperti itu.

"Daripada itu, kau benar-benar bisa mengerti dengan cepat. Auramu sudah stabil, sekarang pun kau bisa menyerap energi sihir dan mengetahui elemen apa yang akan diberikan oleh alam kepadamu."

Ariana memiringkan kepalanya, "Bagaimana kau tahu? Padahal aku belum diperiksa."

"Sudah."

"Kapan?" Ariana mendesak.

worthless daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang