Darkness

238 14 3
                                    

Jisung, Renjun
Horror
©fedmydream

°°°

“Dulu Renjun hyung bermain hujan - hujanan sampai buku sekolahnya basah,”

“Benar’kah? Aku kira dia anak yang rajin,”

“Serius. Renjun hyung pintar - pintar begitu, dulunya bodoh menyerempet nakal,”

“Kalau Jaemin?”

Dalam kegelapan, senyum milik Jisung mengembang begitu cepat.

“Jaemin hyung adalah yang terbaik. Dia membantuku dalam segala hal. Intinya, dia selalu berusaha menjadi kakak yang berguna bagiku maupun Renjun hyung.”

Sosok di sampingnya menggumam kecil, Jisung tidak bisa mendengarnya, anak itu hanya meliriknya sekilas tanpa mendapatkan apa pun selain kegelapan. Tiba - tiba saja, selimut yang melingkupi keduanya bergerak - gerak. Jisung merematnya dengan erat, tetapi sang lawan dialog tidak berhenti terkikik. Untuk sejenak, hati anak itu menghangat karena dapat kembali mendengar tawa seseorang yang paling ia rindukan.

“Jisung-ah,” kain tersibak, menampilkan figur Jaemin yang kini berdiri di atas ranjang. Cahaya bulan mengukir rahang sang kakak dengan baik.

“Jaemin hyung,” mata Jisung melebar dalam kejut. Anak itu baru akan meraih lengan Jaemin jika saja pria itu tidak melompat turun lalu bersembunyi di sudut ruangan.

“Jisung-ah,” suara Jaemin tidak lebih bak sebuah tali yang mengikat kedua kaki Jisung, menarik langkah anak itu untuk memutus jarak dan berkelana lebih jauh pada panjangnya hunian malam.

Dari ranjang, meski dihalau kegelapan, Jisung bisa melihat pria itu berdiri sembari mengulurkan tangan. Jantung Jisung pun berdegup kencang, darah lantas berdesir dengan kuat, melewati gendang telinga sang empu yang tidak pernah terisi tawa seseorang. Jaemin terus memanggil namanya, mendorong dirinya untuk bergerak turun.

“Jaemin hyung?” Jisung berdiri dengan ragu, kakinya mengambil langkah kecil.

“Jangan khawatir, hyung ada di sini!” sahut sang kakak.

Jisung lantas mengambil langkah pasti sampai pintu kamarnya terbuka dan seseorang menyalakan lampu.

Semuanya berlangsung dengan cepat. Begitu cahaya menyebar, pemandangan kamar Jisung yang berantakan pun tersingkap tanpa adanya tanda - tanda sosok Jaemin di sudut ruangan. Pria itu menghilang, menyisakan Jisung yang membeku bersama pertahanannya yang runtuh. Anak itu menoleh, menatap Renjun di ambang pintu yang balas menatapnya dengan tajam. Pria itu melipat tangan di dada.

“Apa yang aku katakan soal bermain di malam hari, Jisung?” dinginnya intonasi yang terlontar mengalahkan suhu di malam musim gugur.

“Tidak boleh bermain sampai larut malam,” Jisung menjawab takut - takut. Anak itu perlahan mundur untuk kembali bersembunyi di balik selimut.

Exactly. Kau tahu, bukan, kekuatan iblis di malam hari bukanlah sesuatu yang sepele. Mereka mungkin tinggal atas perintah kita, tapi itu bukan berarti mereka tidak memiliki kuasa apa pun di sini.”

Renjun menghampiri Jisung lalu duduk di bibir ranjang. Pria itu memperhatikan wajah sang adik yang tampak murung sebelum tersenyum kecil dan memberikannya usapan kecil. Jisung tidak mengatakan apa pun melainkan memunggungi Renjun kemudian menarik selimut tinggi - tinggi, kini gundukan kainlah yang memenuhi pandangan sang kakak.

“Tidurlah, kau bisa bermain lagi besok.”

Memberikan usapan terakhir, Renjun pun bangkit dan mematikan lampu. Dalam kegelapan, pria itu menatap Jaemin yang kini duduk di atas lemari. Berkat sorot cahaya bulan, Renjun dapat melihat rupanya dengan jelas, wajah yang selalu ia rindukan untuk sisa hidupnya. Mungkin jika irish hitam itu berwarna cokelat terang, Renjun akan berlari dan memberikan Jaemin pelukan erat.

“Jaemin hyung,”

Jaemin tersenyum, “Renjun-ie.”

Renjun tersentak. Panggilan itu, rasanya sudah lama sekali. Pria itu lantas mengepalkan tangan--menguatkan diri--lalu balas tersenyum pada sang kakak, ralat, iblis yang menyerupai sang kakak.

“Aku merindukanmu, Jaemin hyung.”

“Aku juga merindukanmu, Renjun-ie.”

Dari balik selimut, Jisung menangis dalam diam saat Renjun menyalakan lampu kamarnya kembali dan membanting pintu dengan keras, meninggalkannya dalam keheningan yang membekukan. Atas buku kukunya yang memutih, Jisung menangis sepanjang malam meramalkan nama Jaemin yang telah pergi meninggalkannya.

Mereka adalah si bodoh yang memilih terikat dengan masa lalu dan tinggal bersama iblis.

°°°

#30DWC
#30DWCJilid31
#Day4

SHALLOW - NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang