Ground

112 17 2
                                    

Haechan, Jisung
Accident
©fedmydream

°°°

Haechan tahu bahwa semuanya sudah terlambat setelah suara debuman menggema satu studio. Ekspresi terkejut Renjun seperti menyedot semua darah pada wajahnya, kakinya bahkan tidak bergesar kala menyadari bahwa itu menabrak sesuatu yang lain, bukan benda atau sejenisnya melainkan seseorang--sebuah punggung. Haechan berharap bahwa pendengarannya salah. Di antara pekik kejut dan teriak panik orang-orang, pria itu berharap bahwa suara ringisan yang dominan bukanlah berasal dari anggota. Haechan ingin menangis, dadanya seperti akan meledak, dan ia ketakutan. Namun, Renjun berada di sana, menyaksikan semua kekacauan pada tubuhnya sebelum membantunya untuk turun dari panggung.

“Astaga, astaga,” Haechan tidak menyadari bahwa intonasinya pecah.

Di hadapannya, di antara punggung-punggung yang masih ragu untuk mengikis jarak, tampak seseorang tengah tergeletak di samping manajer. Haechan masih berharap ia salah, tetapi rambut putih sang empu terlalu kontras dengan latar badan panggung yang gelap.

“Jisung-ah,” ia berusaha untuk mendekat, tetapi Renjun menahannya diam di tempat.

Semuanya menjadi sangat berisik setelah manajer memerintah untuk menghubungi ambulans. Beberapa orang segera pergi memenuhi perintah tersebut, membuat Haechan kini dapat melihat dengan jelas ekspresi kesakitan yang termuda. Baik dahi maupun hidung Jisung tengah berkerut, bibirnya terlipat ke dalam, ruang pipinya menggembung. Lebih buruk, tangan kanannya tampak berputar ke arah yang salah; sumber kesakitan anak itu.

Hal tersebut disebabkan oleh kecerobohan Haechan. Astaga. Haechan bersumpah ia tidak mengetahui bahwa di belakangnya terdapat Jisung yang sedang berjongkok--memunggunginya--di sisi panggung. Dirinya terus mundur dan kakinya membentur Jisung hingga terjatuh dari ketinggian dua meter.

Tidak hanya Renjun, kini semua anggota telah berada di bawah untuk memastikan kondisi Jisung. Jaemin bahkan sudah bersimpuh di sisi anak itu untuk memberikannya kekuatan. Sekonyong-konyong, mata Haechan bertemu pandang dengan Mark. Pria itu tidak melakukan apa pun melainkan berhasil membuat Haechan ingin mengubur dirinya dalam-dalam berkat tatapan dingin yang dilayangkan. Haechan tahu bahwa akan ada banyak masalah menimpa dirinya setelah ini.

Kemudian petugas pun datang dan membawa Jisung keluar studio untuk dilarikan ke rumah sakit. Jaemin baru akan ikut beranjak menemani anak itu jika saja manajer tidak menahannya di tempat. Bagaimana pun, mereka harus profesional; mereka akan tampil sekitar dua jam lagi.

Suasana lantas membeku dalam keheningan seiring dengan langkah manajer yang mendekat ke arah Haechan. Jika bukan karena bantuan mental yang diberikan Renjun melalui afeksi dari genggaman tangannya, mungkin Haechan akan bersimpuh sembari menangis. Ia sudah bersiap untuk mendapatkan damprat.

Namun, alih-alih demikian, manajer justru memeluknya.

“Kau pasti sangat terkejut. Apa kau baik-baik saja?”

Maka Haechan pun menangis sungguhan. Perasaan bersalahnya meledak.

°°°

Actually i can't stop writing about jisung and haechan

SHALLOW - NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang