Jaemin
Angst
©fedmydream°°°
Jaemin kini berdiri di depan sekolah menengah pertamanya.
Langit menaungi pria itu dengan terik, burung-burung berterbangan dengan lebat di sekitaran pohon, juga hiruk piruk perkotaan yang tidak kunjung padam. Jaemin menatap pantulan dirinya pada pagar sekolah yang padat, memperhatikan lebih lekat seragam bersama ransel hitam kesayangannya, juga gantungan kelinci pemberian sang adik yang tampak bergoyang diterpa angin. Surai hitamnya ikut tersapu, menyadarkan sang empu bahwa rambutnya tidak pernah terasa setebal ini.
Sembari mengusak poni yang menjadi korban cuaca cerah berangin, Jaemin melangkah menuju halte di luar kepala. Meski rasanya sudah lama meninggalkan kota, pria itu masih mengingat langkah sepatu yang selalu ia jalani setiap harinya, bahkan pemandangan toko-toko pun masih terasa sama. Sepanjang perjalanan, pria itu lantas mengecap rasa rindu pada seseorang. Tanpa Jaemin sadari, tatapannya melembut. Tidak apa, batinnya berucap, rasanya sudah sangat cukup untuk kembali ke kampung halaman.
“Jaemin!”
Bahu Jaemin tersentak saat seseorang memanggilnya dari arah yang berlawanan, terdengar amat jauh. Ia lantas berbalik, menemukan figur familiar di ujung jalan. Bak berlomba bersama angin, Jaemin langsung berlari dengan kencang. Rasa rindu itu menggigit, menyesatkan matanya dalam kekaburan air mata, Jaemin yang kini tidak berhenti berteriak.
“IBU!”
Wanita itu masih sama seperti terakhir kali Jaemin melihatnya. Surai panjang yang berkilau, pipi bulat atas setiap cetak senyum, kecantikan yang dibalut gaun selutut berwarna biru tua favoritnya. Jaemin langsung memeluk beliau bersama segenap air mata yang tidak berhenti mengalir melewati pipinya. Kehangatan yang ia dambakan sepanjang waktu sukses membuat kedua kaki Jaemin terasa lumpuh. Anak itu kemudian bersimpuh--kehilangan keseimbangan--sebelum cengkeraman kuat sang ibu membuatnya bertahan.
“Ibu, jangan tinggalkan aku lagi,” Jaemin menangis dengan tersedu-sedu. Ia tidak peduli dengan ruang publik. Bagi pria itu, di mana pun ia bersama sang ibu, maka itulah dunia mereka.
Terdengar tawa kecil yang selalu Jaemin rindukan setiap malam. Jari wanita itu kemudian bergerak menghapus titik-titik air di pipi bersama kedua hazel cokelat yang memandang wajah putranya lebih lekat, menikmati paras Jaemin yang sama ia dambakan setiap waktu. Ada banyak hal yang ingin beliau sampaikan, tetapi itu bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan sekarang. Kini Jaemin sudah berada di hadapannya, ia tidak akan kehilangan putranya lagi untuk kedua kalinya.
“Ayo pulang, sayang.”
Adalah tujuan hidup Jaemin selama ini.
Tanpa mengatakan apa pun lagi, Jaemin langsung mengangguk dan menerima tautan tangan sang ibu. Rasanya seperti mimpi untuk bisa merasakan kasih sayang di antara sentuhan itu, menyentak hati sang empu bahwa kini tidak ada lagi yang bisa memisahkan mereka. Jaemin lantas mempererat genggaman, tidak melakukan apa pun selain mengikuti sang ibu menuju ujung jalan yang lain. Ia sudah pulang.
°°°
#30DWC
#30DWCJilid31
#Day18

KAMU SEDANG MEMBACA
SHALLOW - NCT Dream
Fiksi Penggemar[TAMAT] 💌 Kumpulan drabble/ficlet Dream dalam alur yang berbeda - Thursday, 210121 - Wednesday, 220615