Class or Breakfast

119 4 0
                                    

Renjun, Haechan
Fantasy
©fedmydream

°°°

Renjun menghela napas. Di lorong yang penuh dengan vampir dan penyihir ini, mengapa Haechan menjadi salah satu di antaranya. Seperti anak itu tidak memiliki kegiatan saja, berada di mana-mana hanya untuk sesuatu yang tidak berguna. Renjun lantas berbalik dan memacu langkah sebelum sang teman menangkap punggung mungilnya. Mungkin terlambat masuk kelas bukanlah masalah, Renjun bisa beralasan bahwa ia memiliki urusan lebih di toilet. Tapi, tunggu, bukan’kah vampir bisa mendeteksi kebohongan? Renjun sontak termenung lalu memilih mengurungkan niat. Saat itulah terdengar suara Haechan yang memanggilnya. Helaan napas yang kedua pun meluncur bebas.

“Junnie!” Sebuah lengan dengan kuat merangkul pundak milik Renjun.

Renjun spontan mendelik saat sang sahabat mulai mendekati ceruk lehernya, entah apa yang dilakukan penyihir kelas atas itu. Lengannya segera menyikut perut Haechan lalu kabur dari rangkulan pria itu. Namun, Haechan dengan mudah menghentikan upayanya dengan melakukan sihir pada kedua sepatunya. Seketika saja, kaki Renjun terasa panas.

“Haechan, hentikan.” Renjun berbalik, menatap pria berkekuatan api yang balas menatapnya dengan jenaka.

“Kenapa buru-buru sekali? Ingin menemui Jeno, huh?”

Jika sihir mengalir dengan mudah dari tangannya, Renjun mungkin akan melempar Haechan ke ujung lorong. Terlebih kala pria itu justru terkikik kecil dan menghampirinya. Sensasi panas di kedua kaki Renjun pun lenyap kala sang sahabat merangkulnya kembali. Dengan sedikit paksaan, Renjun akhirnya pasrah untuk berjalan beriringan bersama Haechan. Meski demikian, decakan tidak terelakan dari mulut setengah manusia tersebut.

“Aku ada kelas,” katanya.

Haechan menggumam tanpa suara sebelum kembali terkikik dan mengendus sisi leher Renjun, sukses menyulut pekikkan sang empu. “Haechan, hentikan.”

“Ke kelas atau ke kelas?”

Renjun tidak mengindahkannya. Menimpali berarti peduli, dan ia tidak peduli soal apa pun yang Haechan angkat soal hubungannya dengan vampir sekarang. Renjun telah melewati waktu yang sulit dengan kelas campuran ini, tetapi Haechan seperti tidak ingin berhenti untuk menggodanya seperti agenda baru yang menyenangkan. Padahal, pria itu sendiri yang menyuruh Renjun untuk berbaur. Dasar menyebalkan.

“Jika kau ingin menemui Jeno, katakan saja.”

God damn it, Haechan. Aku tidak menemui Jeno.”

Bahu Haechan terangkat tak acuh, “Ya, siapa tahu kau ingin memberinya sarapan gratis,” katanya seraya mengintip beberapa titik samar di leher terbuka milik Renjun.

Maka jangan tanya siapa yang meringis kesakitan kala sebuah pukulan keras melayang ke kepala setelahnya.

°°°

Aku masih sangat, sangat, sangat menyukai blood bond karya dancingrat. Itu seperti berputar di kepalaku, menyelami setiap karakter di sana dengan penuh kasih sayang. I miss them so much it's hurt ueueue /membayangkan jika Renjun tetap memiliki sihir dalam tubuhnya/

Kayaknya aku asyik sendirianㅋㅋ

SHALLOW - NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang