Bestfriend

185 6 13
                                    

Mark, OC
Friendship
©fedmydream

°°°

“Kau mengetahui apa yang kau lakukan, bukan?”

Mark tidak menanggapinya, masih sibuk menggulingkan bola basket di tangan. Kaki berbalut kaos kita hitam itu tidak berhenti bergerak sejak pertama kali kami datang ke lapangan indoor sekolah. Jam pembelajaran telah berakhir, tidak ada klub yang berlatih, gerbang ditutup dua jam lagi; perpaduan yang sempurna bagiku untuk menemaninya bermain basket.

Bola cokelat itu memantul, menimbulkan gema yang terkadang memekakkan telinga. Mark melompat, mencoba mencetak skor dengan jarak yang sangat jauh. Dia mendecak, tentu saja usahanya gagal. Aku hanya tersenyum.

Melihatnya terus bermain solo entah mengapa mengundang sesuatu dalam diriku. Aku tanpa sadar mengikat rambut disusul blazer yang tergolek di atas tas. Memasuki lapangan, jari telah cekatan menggulung kemeja putih hingga lengan.

“Oho!” Mark berseru dengan semangat begitu melihat diriku bersiap.

Are you ready?” aksennya terdengar sangat jelas dan menyenangkan. Aku pun mengangguk dan permainan yang sebenarnya pun dimulai.

Kami bermain dengan sengit sekaligus santai. Dinamik yang tercipta tidak membuat keringat bercucuran deras, tetapi cukup untuk membuat ginjal bekerja keras atas asam laktat yang diproduksi. Di ujung permainan, kami pun mengakhirinya dengan tawa sembari melempar bola basket jauh - jauh dan berbaring di lantai.

“Aku tidak tahu kau pandai bermain basket,” Mark berkata setelah melewati napasnya yang tidak beraturan.

“Itu sebabnya aku bertanya padamu di awal kau bermain. Aku hanya ingin mengujimu, kemampuan basketmu terlihat payah,” Aku hanya tertawa ketika Mark menatapku dengan mata membulat tidak percaya.

Oh, c’mon, my relationship with basketball are deep.”

But not deep enough than me yet.”

Itu ringan. Ringan sekali. Aku menyukai kala waktu bersedia menempatkan kami dalam situasi yang beragam. Perjalananku sebagai sahabat Mark sejujurnya tidaklah mudah, tetapi kami bisa bertahan karena menyediakan ruang untuk hal - hal yang sederhana. Bahkan ketika tatapan kami lolos pada satu hal yang sama, itu bukan berarti apa pun dengan arti yang lebih dalam. Mark tetaplah sahabatku, apa pun keadaannya.

Thank you for today, baby.”

Kau tahu, maksudku, bukan?

°°°

#30DWC
#30DWCJilid31
#Day6

SHALLOW - NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang